BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya psikologi
mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak
secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu dapat dicari beberapa
kaidah hukum psikologi yang mendasarinya hukum-hukum tersebut, sehingga dengan
demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik.
Fantasi
juga mempunyai beberapa jenis, yaitu: fantasi disadari dan tidak disadari,
fantasi yang tidak tertuntun (pasif), fantasi yang tertuntun (aktif), fantasi pemisahan,
fantasi penentuan, fantasi penyusunan. Dilihat dari caranya orang berfantasi,
fantasi dapat dibedakan atas fantasi yang mengabstraksi, yang mendeterminasi
dan mengombinasi. Beberapa cara pemeriksaan daya fantasi test mengisi
kekurangan, test kemustahilan, test gambar bagan, test maselon, test binet,
test rohrschah. Nilai praktis fantasi adalah fantasi memungkinkan seseorang
menempatkan dirinya kedalam kehidupan orang lain, menyelami sifat-sifat
kemanusiaan pada umunya,melepaskan diri
dari ruang dan waktu, melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi,
menyelesaikan konflik riil secara imajinair dan menciptakan sesuatu yang
dikejar untuk membentuk masa depan yang ideal dan merealisasikannya. Beberapa
catatan praktis, bagi para pendidik untuk menaruh perhatian besar terhadap
masalah fantasi itu haruslah mengembangkan dan menjaga generasi muda kita
mendidik mereka untuk menghadapi hidup dengan optimisme. Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari pematangan. Anak
adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain
untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan
segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai
taraf kemanusiaan yang normal. Fantasi bila dibandingkan dengan
kemampuan-kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam
orang berfantasi bayang-bayang atau tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam
diri orang memegang peran yang sangat penting. Bayangan yang ditimbulkan karena
fantasi disebut bayangan fantasi. Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan
persepsi. Bayangan persepsi merupakan hasil dari persepsi, sedang bayangan fantasi
adalah hasil dari fantasi.
Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian penting dari kehidupan. Cerita-cerita Anak-anak yang diceritakan dan permainan mereka mempengaruhi spiritual, emosional, dan pertumbuhan mental mereka. Dalam bermain, anak-anak mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan mereka tentang dunia fisik, dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi dan hubungan mereka kepada mereka. Melalui fantasi bermain, anak-anak belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Bermain biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi serius. Bermain adalah cara belajar yang membantu mengembangkan pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan aspek kunci dari banyak fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan kreativitas, anak menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Orang Dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat berkembang. Banyak permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untukmengembangkan kualitas positif. Fantasi biasanya terjadi pada anak-anak sampai masa remaja, sedangkan pada orang dewasa fantasi sudah bisa dikendalikan. Fantasi pada anak melewati beberapa fase perkembangan. Pertama, masa cerita, yaitu masa dimana anak masih menyukai cerita cerita anak yang menggambarkan fisik seseorang.contohya cerita nenek sihir yangtmemilii rambut paanjang,kuku panjang dan mukanya yang agak kusut.
Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian penting dari kehidupan. Cerita-cerita Anak-anak yang diceritakan dan permainan mereka mempengaruhi spiritual, emosional, dan pertumbuhan mental mereka. Dalam bermain, anak-anak mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan mereka tentang dunia fisik, dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi dan hubungan mereka kepada mereka. Melalui fantasi bermain, anak-anak belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Bermain biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi serius. Bermain adalah cara belajar yang membantu mengembangkan pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan aspek kunci dari banyak fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan kreativitas, anak menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Orang Dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat berkembang. Banyak permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untukmengembangkan kualitas positif. Fantasi biasanya terjadi pada anak-anak sampai masa remaja, sedangkan pada orang dewasa fantasi sudah bisa dikendalikan. Fantasi pada anak melewati beberapa fase perkembangan. Pertama, masa cerita, yaitu masa dimana anak masih menyukai cerita cerita anak yang menggambarkan fisik seseorang.contohya cerita nenek sihir yangtmemilii rambut paanjang,kuku panjang dan mukanya yang agak kusut.
Masa
kedua ialah masa khayal, yang mana pada masa ini anak masih banyak dipengaruhi daya
khayalnya, dan menurutnya apapun yang dikhayalkannya adalah keadaan sebenarnya.
Masa kertiga, pada masa ini anak sudah merrnrurangri daya khayalnya dan
berfantasi dengan mengamati sesuatu yanrg realistis.
Segala
sesuatu pasti mengalami pertumbuhan,begitu juga dengan fantasi.fantasi pada
anak memiliki beberapa fase dimana fase yang pertama anak lebih suka
mendengarkan cerita dari orang,dan fase kedua si anak mulai asyik dengan dunia
fantasinya,dan fase ketiga dimana si anakk sudah bisa mengontrol fantasi yang
dulu ada pad masa kecil dan mulai masuk pada fantasi yang logis.
Sedangkan pemuda adalah usia dimana
individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkat
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Oleh karena dengan kekuatan
fantasi orang dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai arti yang
penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat menambah
bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga dengan demikian akan menambah
bahan bayangan yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa
fantasi itu tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang
dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam fantasi. Hal ini merupakan
suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata. Fantasi
juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul dan sebagainya.
Dari latar belakang masalah diatas
maka penulis membatasi isi papernya hanya sampai “Macam-macam Fantasi dan Perkembangannya
Pada Anak dan Pemuda”.
BAB II
MACAM-MACAM FANTASI DAN PERKEMBANGAN NYA
PADA ANAK DAN PEMUDA
A. MACAM-MACAM FANTASI
1. Fantasi
Fantasi
sering disamakan orang dengan istilah khayal; akan tetapi dalam psikologi
istilah fantasi diartikan lebih luas dari pada khayal.[1]
Kesanggupan
menanggap tidak terbatas pada kepandaian mengadakan asosiasi, membuat
hubungan-hubungan, tetapi juga mampu mengadakan disosiasi, artinya menguraikan,
membongkar suatu tanggapan menjadi bagian-bagian. Kemudian dari berbagai bagian
tanggapan tadi dapat disusun kembali menjadi suatu tanggapan baru. Kesanggupan
menanggap dalam fungsi membentuk tanggapan-tanggapan baru ini disebut fantasi.[2] Fantasi juga berarti suatu daya jiwa untuk menciptakan
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan yang sudah ada pada diri kita, jadi
ciri khas dari gejala jiwa ini adalah unsur menciptakan sesuatu yang baru dalam
jiwa. Ciptaan-ciptaan baru yang terjadi oleh fantasi ini dapat berupa
kreasi-kreasi atau kesan-kesan baru tentang sesuatu yang sifatnya disadari atau
kurang/tidak disadari oleh orang yang
bersangkutan.
Ciptaan-ciptaan
baru yang dihasilkan oleh gejala fantasi ini baik yang disadari maupun yang
tidak disadari proses berlangsungnya tidak semata-mata ditentukan oleh
tanggapan-tanggapan secara mechanistis; tetapi ditimbulkan /ditunjang oleh atau
melalui bantuan daya-daya jiwa lainnya, seperti : perasaan, asosiasi, motif,
kehendak/hasrat, berfikir, dan sebagainya; yang prioritas penggunaan daya-daya
penunjang tersebut tentunya disesuaikan menurut jenis fantasi yang dilakukan.[3] Menurut
aliran ilmu jiwa modern memberikan pengertian, suatu daya jiwa untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Dalam fantasi ini, manusia dapat menciptakan
sesuatu yang belum ada, sehingga merupakan suatu kreasi.[4] Fantasi
adalah daya jiwa untuk menciptakan tanggapan –tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan-tanggapan yang sudah ada.[5] Karena
dalam fantasi kita dapat membayangkan apa saja, misalnya khayalan atau fantasi
manusia berkepala gajah, gajah dapat terbang, dan macam-macam fantasi lagi. Apabila
fantasi itu jauh dari realitas, tidak dikontrol oleh akal yang sehat, maka
hasilnya akan aneh, mungkin ada faedah atau gunanya, ataupun dapat dikatakan orang gila. Misalnya,
gambar rumah dari seorang arsitek yang tidak dapat diwujudkan, karena pintu
masuk ada di atas atap. Tetapi sebaliknya, fantasi yang dikuasai oleh akal,
pikiran, akan memperkaya kebudayaan kita, kebudayaan manusia. Arsitek atau
seniman yang pandai berfantasi, akan memperkaya variasi hasil-hasil karyanya.
Penulis roman yang pandai berfantasi dapat menciptakan situasi-situasi yang
beraneka warna dan menarik hati untuk melukiskan cinta kasih dua orang pemuda
dan pemudi. Jadi fantasi itu sangat penting bagi para seniman, teknisi, penemu
ilmu-ilmu baru, demikian juga bagi para guru dan pendidik. Artinya, guru-guru
harus pandai membimbing para siswanya untuk mengembangkan fungsi jiwa yang
disebut fantasi tadi.
Fantasi
itu dapat bekerja di bawah bimbingan dari luar ataupun bebas. Selain itu
fantasi dapat bekerja tanpa menyatakan hasilnya, tetapi juga dapat dengan
ekspresinya. Hal terakhir inilah yang dapat memperkaya hidup kejiwaan manusia.[6]
Dapat pula fantasi itu dilukiskan
sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk beorientasi dalam alam
imajinair, melampaui dunia riil.[7]
Jadi, menurut saya fantasi adalah kekuatan jiwa yang terdapat dalam kejiwaan kita,
sebagai hasil dari pengamatan yang dapat menimbulkan daya imajinasi dalam
menciptakan sesuatu yang baru dengan
dibantu tanggapan atau gambaran ingatan dari pengamatan yang sudah ada, dimana objek yang telah diamati tidak lagi
berada dalam ruang dan waktu pengamatan.
Dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya
dan menjangkau kedepan, ke keadaan yang akan mendatang.[8]
2. Macam-macam Fantasi
Fantasi
yang dilakukan orang dapat bermacam-macam: yang secara garis besarnya dapat di
bagi menjadi 2 macam, yaitu:
a)
Fantasi yang secara disadari
b)
Fantasi yang secara tidak disadari
Fantasi yang secara disadari, yaitu apabila individu
betul-betul menyadari akan fantasinya dan ada usaha dari subyek untuk masuk ke
dunia imajinair. Misalnya, seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan
dengan kemampuan fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas
dasar daya fantasinya.[9] Fantasi
yang dapat disadari ini di golongkan lagi menjadi 2 bagian besar yaitu:
a)
fantasi
yang tidak tertuntun;
b)
fantasi yang
tertuntun.
Fantasi yang tidak tertuntun, adalah fantasi yang
tidak dikemudikan atau dikuasai oleh
akal dan kemauan. Fantasi pasif ini disadari adanya, tetapi khayalan yang
berlaku/terjadi semau-maunya saja tanpa ada sasaran yang dikehendaki. Istilah
lain untuk jenis fantasi ini adalah fantasi ”day dream” atau menghayal/melamun
yang tidak ada ujung pangkalnya.
fantasi day dream dan fantasi yang
tidak disadari di atas maka untuk keduanya lebih tepat disebut “khayal”
daripada fantasi (tinjauan
normatif).
Fantasi tertuntun (aktif)
yaitu yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.[10]
Adapun bentuk fantasi
yang dikendalikan oleh akal dan kemauan (tertuntun ), jenis-jenisnya dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a)
Fantasi pemisahan, yaitu fantasi yang menghasilkan
suatu tanggapan baru berdasarkan suatu tanggapan yang dihilangkan beberapa
unsurnya, misalnya menghayalkan pelabuhan Tanjung Priok yang tidak ada
kapalnya.
b)
Fantasi penentuan, adalah fantasi yang
menghasilkan suatu tanggapan baru dari
tanggapan yang ada, dengan cara merubah ketentuan tentang:
bentuk,peranan,kondisinya,dan sebagainya.
Misalnya: seorang anak
melihat kucingnya menangkap tikus. Dalam khayalnya dilihatnya kucing itu
membesar berubah menjadi harimau, sedangkan tikusnya itu berubah menjadi seekor
lembuh. Jelasnya pada fantasi ini segala bentuk keadaan yang tercipta dalam
fantasinya itu sepenuhnya diubah menurut ketentuan/selera dirinya.
c)
Fantasi penyusunan, yaitu fantasi yang mencoba
menyusun / menciptakan kreasi-kreasi atau bentuk-bentuk baru berdasarkan
pengetahuan / tanggapan yang dimilikinya, seperti yang di lakukan oleh para
seniman, arsitek, dan sebagainya. Fantasi penyusunan ini sering dikatakan
sebagai fantasi pencipta.
d)
Fantasi turutan/tuntunan, yaitu fantasi yang
terselenggara oleh adanya tuntunan suatu rangsangan (ada suatu rangsangan yang
membangkitkan dirinya untuk berfantasi). Fantasi ini terjadi misalnya ketika
kita membaca suatu cerita, mendengarkan dongeng, menonton film, dan sebagainya.
Fantasi jenis ini sangat penting dalam pengajaran sejarah atau dalam
pelaksanaan pendidikan moral melalui dongeng atau cerita film.[11]
Fantasi yang secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak
secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak
dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat
fantastis, sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya
seorang anak memberikan berita yang tidak
sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak maksud berbohong.
Dalam hal semacam ini anak dengan tidak disadari dituntun oleh fantasinya.[12] Ketika
sedang duduk-duduk atau berdiam diri dengan tidak sengaja timbul
lamunan/menghayal yang tidak-tidak, Seorang saksi dalam suatu persidangan,
secara tidak sengaja menceritakan dalam kesaksiannya berbagai hal yang
semata-mata menurut khayalnya semata; dan banyak lagi peristiwa-peristiwa
fantasi lainnya yang tidak disengaja dan tidak disadari, baik yang akibatnya
dapat merugikan orang lain, maupun yang hanya sekedar oleh yang bersangkutan
saja.[13]
Dilihat
dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas fantasi yang
mengabstraksi, yang mendeterminasi dan mengombinasi.
Fantasi
yang mengabstraksi, yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa
bagian sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya, anak yang belum
pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi
yaitu lapangan. Bahan apersepsi ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan
gurun pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak
bagian-bagian lapangan yang diabstraksikan. Dalam berfantasi gurun pasir,
dibayangkan seperti lapangan tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya dan tanahnya
itu melulu pasir semua bukan rumput.
Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara
orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya, anak belum
pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing; maka kucing digunakan
sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam
berfantasi harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi bentuknya besar.
Fantasi yang mengombinasi, yaitu cara
orang berfantasi dimana orang mengombinasikan pengertian-pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangkutan. Misalnya, berfantasi
tentang ikan duyung, yaitu kepalanya seorang wanita, tetapi badannya badan
ikan. Jadi, adanya kombinasi dari kepala manusia dan badan ikan.
Fantasi
yang mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang, Misalnya, ingin membuat
rumah dengan mengombinasikan rumah model Eropa dengan atap model Minangkabau.
Fantasi bila dibandingkan dengan
kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam orang
berfantasi bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri
orang memegang peranan yang sangat penting. Bayangan pengamatan merupakan hasil
dari pengamatan, sedangkan bayangan fantasi adalah hasil dari fantasi.[14]
Dengan tanggapan dan fantasi manusia dapat mengenang kembali
pengalaman-pengalamannya pada masa yang lampau mengenai apa saja,
pengalaman-pengalaman yang baik, buruk, orang-orang besar, peristiwa-peristiwa
penting dan semacamnya. Bagi orang-orang yang berbakat tertentu fantasi
mendorong untuk menciptakan karya-karya yang baru, misalnya ahli-ahli pemahat,
pelukis, sastrawan, musikus, politisi, filsuf-filsuf, sarjana ilmu, arsitek,
dan sebagainya. Semuanya itu dapat memperkaya kebudayaan manusia. Dan
seterusnya dapat meningkat kesejahteraan hidup manusia di dunia ini.
Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang
dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat menambah bayangan-bayangan
atau tanggapan-tanggapan sehingga dengan demikian akan menambah bahan apersepsi
yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu
tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat
meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Hal ini merupakan
suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata. Fantasi
juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul, dan sebagainya. Fantasi juga dapat
merugikan kehidupan manusia. Misalnya, ”tukang mengelamun akan memperlemah
kemauan dan bersifat malas”. Fantasi juga dapat menyebabkan hal-hal yang rendah,
misalnya senang melihat gambar gadis-gadis bugil (telanjang), buku-buku dan
gambar-gambar porno, film super seks, dan sebagainya. Ada lagi fantasi yang
menyebabkan rasa takut, misalnya ceria-ceria anak mengenai setan, jin gendruwo,
dan sebagainya.[15]
3. Beberapa Cara Pemeriksaan Daya Fantasi
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
fantasi erat hubungannya dengan gejala-gejala psikis lainnya, yaitu: pemikiran
logika, perasaan, assosiasi, dan sebagainya. Karena itu dalam pemeriksaan daya
fantasi faktor-faktor tersebut selalu diperhitungkan. Memang sulit untuk
mendapatkan gejala fantasi murni. Ada beberapa instrumen test yang disusun para
ahli psikologi untuk memeriksa daya fantasi ini. Misalnya: test Mengisi Kekurangan,
test Kemustahilan, test Gambar Bagan, test Maselon, test Binet, test Rohrschah.
Untuk melaksanakan test-test itu
diperlukan tenaga ahli yang berpengalaman: tetapi untuk sekedar mengenalnya
berikut ini dikemukakan beberapa contoh pelaksanaannya.
a). Test Mengisi Kekurangan
Kepada orang cobaan diperlihatkan
beberapa gambar yang tidak lengkap
keadaanya. Misalnya: muka yang tidak berhidung, rumah yang tanpa pintu
dan jendela, sebuah sepeda yang tidak ada setirnya, dan sebagainya. Orang
cobaan disuruh mencari atau mengisi apa yang kurang pada tiap-tiap gambar itu.
b).Test Kemustahilan
Orang
cobaan disuruh membaca kalimat atau cerita yang berisi hal-hal yang mustahil.
Orang cobaan harus mengatakan apa yang mustahil dalam kalimat itu missalnya:
1)
Ketika ia berbaring telentang, terlihatlah olehnya
bahwa bantal di bawah kepalanyatidak bersarung.
2)
Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celananya
dengan penuh perhatian membacanya surat yang di tangan kirinya.
3)
Ali dan Ibrahim kedua sahabat karib. Demikian akrabnya
persahabatan mereka, sehingga kartu penduduknya satu saja diberikan oleh Pak
Lurah.
Test kemustahilan ini dapat dilakukan
juga dengan bentuk gambar-gambar yang memang mustahil keadaannya. Misalnya: jam
menunjukkan pukul setengah delapan, tetapi jarum pendeknya di angka delapan.
Gambar bayangan pohon yang berada di sebelah barat di saat matahari ada di
sebelah barat pula, dan sebagainya.
c). Test Gambar bagan
Kepada orang cobaan diperlihatkan satu
seri gambar bagan secara berderet-deret mulai dari yang samar-samar sampai kepada
yang setengah-setengahnya. Mula-mula kepadanya diperlihatkan yang samar-samar,
kalau tidak bisa mengenalnya diteruskan dengan gambar kedua, dan seterusnya
sampai orang cobaan mengenalnya dengan baik. Dalam hal ini makin lengkap orang
itu mengenal gambar tersebut berarti makin baik pula daya fantasinya.
d).Test Maselon atau test 3 kata
Orang cobaan disuruh membuat sebanyak
mungkin kalimat ysng tersusun dengan baik dan benar. Misalnya: ditentukan:
lampu terang-baca.
Jawaban:
1.
Saya dapat membaca apabila lampu terang.
2.
Apabila lampu di kamar saya telah diganti yang lebih
terang barulah saya mau membaca dan belajar lagi.
3.
Kalau lampu tidak terang saya tidak dapat membaca.
4.
Bacalah sekarang lampu sudah terang, dan sebagainya.
e).Test Rohrschah
Test ini di kenal juga dengan test ”ink
blot” (noda tinta). Ink blot ini dibuat dengan cara melipat-lipat kertas yang
berbangun bujur sangkar. Kemudian diteteskan setetes tinta dan di lipat
kembali; setelah dibuka kembali terjadilah pada kertas itu bentukan tinta yang
menyerupai gambar sesuatu. Gambar tersebut diperlihatkan kepada orang cobaan
dan disuruh menebak gambar apa itu? Dengan jalan begini dapat diselidiki daya
fantasinya.[16]
4. Nilai Praktis Fantasi
Dalam kehidupan manusia sehari-hari,
fantasi itu ternyata sangat besar gunanya; antara lain dapatlah disebutkan
hal-hal yang berikut:
a)
Fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam
hidup kepribadian orang lain, dengan demikian maka dia dapat memahami sesama
manusia. Hal yang demikian itu adalah bekal yang harus ada untuk lancarnya
hubungan antar manusia untuk pergaulan.
b)
Fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat
kemanusiaan pada umumnya, dengan demikian
maka dia dapat memahami kebudayaan asing, memahami nilai-nilai
kemanusiaan pada umumnya.
c)
Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari
ruang dan waktu, dengan demikian maka
dia dapat:
1)
Memahami apa yang terjadi di tempat lain; hal inilah
antara lain yang memungkinkan orang belajar geografi;
2)
Memahami apa yang terjadi di waktu yang lain hal inilah
antara lain yang memungkinkan orang belajar sejarah.
d)
Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari
kesukaran yang dihadapi, melupakan kegagalan-kegagalannya di masa lampau.
e)
Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik
riil secara imajinair, sehingga dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga
keseimbangan batin.
f)
Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan
sesuatu yang dikejar, membentuk masa
depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
5. Beberapa Catatan Praktis
Dari apa yang dikemukakan itu nyatanya
bahwa merupakan keharusan bagi para pendidik untuk menaruh perhatian besar
terhadap masalah fantasi itu.
a)
Mengingat besarnya faedah fantasi itu bagi kehidupan
manusia sehari-hari, maka haruslah fantasi itu bagi kehidupan manusia
sehari-hari, maka haruslah fantasi itu perkembangkan. Di sekolah, pada tiap
pelajaran terkandung kemungkinan yang cukup luas untuk mengembangkan fantasi
itu, terutama mata pelajaran ekspresi.
b)
Dalam pada itu harus dijaga, supaya perkembangan
fantasi itu tetap sehat, tetap dalam rangka yang berguna bagi kehidupan para
anak didik kita, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
c)
Generasi muda kita harus dididik untuk menghadapi
hidup dengan optimisme. Mereka harus dapat melepaskan diri dari kesukaran dan
kegagalan dengan fantasi mereka, tetapi harus tetap realistik, janganlah
hendaknya fantasi menjadi tempat pelarian dari kesukaran-kesukaran.
B. PERKEMBANGANNYA PADA ANAK DAN PEMUDA
1.Perkembangan fantasi pada anak
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang
dilahirkan dari perkawinan anatara seorang perempuan dengan seorang laki-laki
dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun
tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu
generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber
daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah aset bangsa,masa depan
bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin
baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan
bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila
keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang
akan datang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa
kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar
menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mreka bukan
lagi anak-ank tapi orang dewasa.
Perkembangan kejiwaan pada masa anak-anak, terkadang
disebut dengan masa anak kecil atau juga masa menjelang sekolah, sebab masa ini
saat-saat anak mempersiapkan diri untuk bersekolah. Demikian pula masa ini ada
yang menyebut dengan masa estetis, dikarenakan anak mulai mengenal dunia
sekitarnya terasa serba indah.
Dalam psikologi, Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
manusia secara terus menerus kearah yang lebih maju yang nampak lebih banyak
bersifat kualitatif, karena ia berkenaan dengan aspek kejiwaan. Sedangkan
fantasi adalah daya jiwa anak untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru atas
bantuan tanggapan-tanggapan yang telah ada (lama).
Pada masa ini anak senang dan kaya dengan fantasi. Anak senang dan kaya
akan imajinatif. Anak tidak hanya senang terhadap cerita-cerita hayal yang
disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada
orang lain. Kadang-kadang ia juga dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya
atau kadang-kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.
Pada tahap ini anak mulai menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku ini
penting, melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku
kesukaannya. Pada tahap pertama, orang tua atau guru dapat memberikan atau
menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada
anak, membicarakan buku pada anak.
Perkembangan fantasi anak
diungkapkan oleh Chrlotte Buhler,terbagi menjadi 3 fase perkembangan yaitu: [17]
1.
Masa pertama atau yang biasanya disebut dengan masa
struwelpeter,yang dimulai sejak lahir sampai usia 4 tahun.Dimana pada masa ini
anak-anak lebih senang mendengarkan cerita-cerita anak yang nakal,atau ceritra
yang menggambarkan fisik seseorang. Contohnya cerita nenek sihir yang memiliki
rambut yang panjang, kuku yang panjang pula, pakaian yang kumal, serta anak
yang kotor dan lain-lainnya. Jadi pada masa ini anak lebih suka dengan
cerita-cerita yang menggambarankan fisik seseorang. Dan biasanya pada masa ini
anak tidak memperdulikan tentang kondisi lingkungan, ia hanya senang memikirkan
dirinya sendiri. Jadi pada masa ini anak lebih suka menggambarkan sendiri dalam
pikirannya, fisik tokoh sesuai gambaran yang ada pada cerita. Dan ini disebut
dengan fantasi terpimpin.
2.
Masa kedua atau yang biasa disebut masa cerita khayal
atau dongeng,yang dimulai dari usia 4 tahun sampai usia 8 tahun. Pada masa ini
fantasi anak lebih banyak dipengaruhi oleh daya khayalnya, maka apapun yang
dikhayalkannya itu lah kondisi yang sebenarnya. Dan dapat disimpulkan bahwa
pada masa ini anak sangat senang dengan cerita-cerita khayal atau dongeng, seperti
cerita kancil yang cerdas, raksasa, katak dan cerita dongeng lainnya. Walaupun
cerita tersebut diulang-ulang,anak tidak akan pernah bosan, dan tidak akan
jenuh untuk mendengarkannya. Bahkan jika cerita itu diceritakan kembali
kepadanya dan yang menceritakan itu salah sedikit saja dalam menceritakan
cerita tersebut dia akan tahu dan akan langsung menegurnya. Pada masa ini kelihatannya anak masih terpaku pada
tanggapan ingatannya. Nampak terlihat ketika ada seseorang yang menceritrakan
cerita yang sangat disukainya salah dalam menceritakannya, pastilah dia akan
menegur si pencerita. Fantasinya memberikan kesempatan kepadanya untuk
menghayati semua yang diceritakan orang dan yang dibacanya.seakan-akan semuanya
benar-benar terjadi.
3.
Masa atau fase yang ketiga adalah masa cerita
realistis, masa ini dimulai dari usia 8 tahun sampai usia 12 tahun. Dimana pada
masa ini anak sudah tidak menyukai lagi dongeng-domgeng yang tidak masuk
diakal. Melainkan pada masa ini anak mulai menyukai cerita yang benar-benar
terjadi atau cerita yang masuk diakal seperti cerita perjalanan, cerita
roman,dan yang lain sebagainya. Pada masa ini anak sudah mulai berrkurang
pengaruh fantasinya, sebab pengamatanya
yang dilakukannya sudah mulai tertib, ia
sudah memahami dan dapat membedakan antara yang khayalan dan yang realistis (kenyataan).
Didalam dunia fantasinya yang baru ini
yang berlainan dengan fantasinya diwaktu
kecil, ia seakan-akan ingin melakukan sendiri apa yang dilakukn oleh
orang-orang dalam cerita. Sebenarnya pada masa ini fantasi mencipta akan mulai
bermunculan.dan fantasi terpimpinnya yang bersifat khayal akan hilang, yang ada
hanya fantasi terpimpin yang besifat realistis atau nyata.
Selain fase perkembangan yang diungkapkan oleh
Charlotte Buhler ada satu fase lagi yaitu [18]
fase pahlawan atau masa pahlawan yang dimulai pada usia 12 tahun sampai 15
tahun. Pada masa ini anak suka membaca buku-buku yang menyangkut tentang
perjuangan,karya orang-orang kenamaan yang pernah terjadi. Pada masa ini lambat
laun fantasi ilusionistis akan hilang dan fantasi mengkombinasi maju dengan
pesat. Pada masa ini anak sudah mulai membuat fantasi mencipa dengan cara
penelitian dan kemungkinan fantasi terpimpin juga akan terjadi setelah anak
membaca cerita-cerita para pahlawan dan mengetahui karya-karya yang dibuat oleh
para pahlawan tersebut.
Dalam menanggapi masalah
keberadaan dan perkebangan fantasi yang terjadi ada dua psikolog yang
kontradiksi, yaitu Dr.Maria Montessori dan Friedrich Wilhelm Agust Frobel.
Dr.Montessori berpendapat bahwa fantasi anak dalam perkembangannya harus
dibatasi tidak boleh dibebaskan seleuasa mungkin, sebab fantasi jika tidak
dibatasi dapat menghambat kemandirian anak-anak. Karena fantasinya seorang anak
dapat terlena dengan dunia khayalnya. Sedangka Frobel berpendapat bahwa fantasi
bagi anak harus diberikan kesempatan sebebas-bebasnya, tidak usah dibatasi
perkembangannya, sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan
mempeeroleh kepuasan tersendiri dan dengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka
ia akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara sehat, dan penuh kreatifitas.[19]
Dilihat
dari dua pendapat yang disampaikan oleh dua psikolog tersebut, maka dapat
diambil sisi-sisi baik yang ada dari kedua pendapat tersebut, yaitu
perkembangan pada anak seharusnya dapat diberi kesempatan untuk dilatih dan
dikembangkan. Akan tetapi untuk mencegah anak supaya tidak terlalu terlarut
atau terlena dalam fantasinya, maka ada baiknya juga jika ada pembatasan dalam
perkembangan atau latihan dalam berfantasinya, tetapi jangan juga terlalu ketat
daalam pembatasannya. Pembatasan ini dilakukan sekedar buat anak agar tidak
terlalu terlena dalam dunia khayal yang berlebihan. Dengan demikian fantasi
anak akan tetap bebas leluasa tetapi tetap terkendali dan terarah.
Ada
beberapa sarana yang ampuh untuk membimbing fantasi diantaranya ialah bahasa, buku-buku, ilustrasi/gambar-gambar, pertunjukkan, tv,
bioskop dan lain-lain. Dengan adanya beberapa sarana ini orang tua atau sekolah juga harus menjaga atau lebih
tepatnya membimbing anak. Jangan sampai dengan fantasinya anak terjerumus
kedalam perbuatan-perbuatan yang tidak baik,dengan cara meneliti agar
pengaruh-pengaruh jahat yang tidak baik jangan sampai disuguhkan didalam
bacaan, fim dan sebagainya dalam sarana yang telah disebutkan tadi.
Banyak ragam dan jenis permainan yang berkembang dari
waktu ke waktu. Mulai dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi
modern. Tentu saja semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar
tidak membahayakan bagi perkembangan anak. Permainan fantasi, permainan
imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering
melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika bermain boneka.
Sebenarnya ia memiliki fantasi dan imajinasi sendiri mengenai tokoh yang
dimainkannya melalui boneka itu. Permainan seperti ini baik untuk kecerdasan
otak kanan karena dengan sendirinya anak belajar berperan dengan berbagai
karakter yang diciptakannya, merasakan sisi emosional tokoh-tokoh yang ada
dalam imajinasinya, serta lambat laun akan memahami nilai baik dan buruk sebuah
sikap dan sifat. Namun, sebaiknya anak diberikan ruang dan waktu untuk bermain
secara berimbang antara permainan aktif, pasif dan fantasi agar kecerdasan
otaknya juga seimbang. Jadi menurut saya, Perkembangan anak adalah bertambahnya
kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke
keadaan-keadaan yang mendatang.
2. Perkembangan fantasi pada pemuda
Pemuda adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12
sampai 21 tahun. Masa pemuda mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan
berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan
fisik yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada
laki-laki lebih tua sedikit. Yang sangat menonjol pada periode ini ialah:
kesadaran yang mendalam mengenai DIRI SENDIRI, dengan mana anak muda mulai
meyakini kemauan, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia
berusaha menemukan jalan hidupnya; dan mulai mencari nilai-nilai tertentu,
seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan, dan sebagainya.
Pada
periode ini terdapat kematangan fungsi jasmaniah yang biologis, berupa:
kematangan kelenjar kelamin; yaitu
testes (buah zakar, kelepir) untuk anak laki-laki; dan ovarium atau indung
telur pada anak gadis. Kedua-duanya merupakan tanda-tanda kelamin primer.
Sebelumnya, peristiwa ini didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder, yang
secara khronologis mendahului ciri-ciri primer.
Tanda kelamin sekunder antara lain berupa: gangguan
peredaran darah, sering berdebar-debar, menggigil; pertumbuhan rambut pada alat
kelamin, ketiak, kumis, cambang, dan perubahan suara. Disamping ini kita lihat
gejala-gejala khusus pada anak-anak gadis, yaitu meluasnya dada dan tumbuhnya
payudara; juga menebalnya lapisan lemak sekitar pinggul, paha dan perut.[20]
Perkembangan fantasi ini, bermula pada fase masih
kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah pada waktu fase pemuda,
setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari biasanya pada lawan
jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh karena keduanya saling
tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan fungsinyan yang
sebenarnya. Si laki-laki bangga dengan kumisnya, tetapi ia tidak mengerti untuk
apakah sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya yang menghiasi
dadanya, tetapi ia pun belum mengerti
faedahnya sebelum kelahiran bayinya. Keduanya saling berfantasi, dan dengan
demikian suburlah perkembangan fantasi pemuda waktu itu. Dan inilah yang
dipergunakan sebagai modal untuk saling menulis surat dengan bunga-bunga bahasa
yang dirasakan bagus sekali untuk dinikmati. Inilah sebabnya mengapa masalah
cinta pertama yang sering sukar dihapuskan bekasnya bagi siapa pun juga yang
mengalaminya.[21] Jadi,
Masa pemuda adalah masa ujian. Masa penuh tantangan. Masa sukar dimengerti yang
harus dipahami, masa bergelora yang harus diselami. Baik oleh pemuda itu
sendiri maupun oleh siapa saja yang berkepentingan dengannya. Dalam perkembangan remaja merupakan salah
satu perjalanan yang bisa mempengaruhi dalam kehidupannya.[22] Oleh sebab itu butuh
arahan serta didikan agar bisa melewati masa-masa transisi itu dengan baik
dalam fisik maupun psikis sehingga bisa mengatasi dan mengaplikasikan
perubahan-perubahan itu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Arti Pengaruh fantasi Dalam Hidup
a.
Semua alat-alat yang kita pakai dalam kegiatan
sehari-hari kita,seperti pakaian yang kita pakaian, alat masak, lemari, kulkas,
hp, dll ilmu-ilmu, teori-teori dalam ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi.Itu
semua adalah hasil dari fantasi baik itu terpimpin maupun mencipta.
b.
Fantasi dapat juga digunakan sebagai hiburan.
c.
Fantasi dapat memudahkan anak dalam menerima
pelajaran, karena fantasi dapat membangkitkan motifasi belajar, semangat
meneliti dan dapat mengembangkan kreatifitas anak.
d.
Fantasi juga dapat mmbentuk budi pekerti bagi
anak.bila ia membaca atau melihat film yng baik-baik, ia terdorong meniru dan berbuat seperti
yang dibaca atau yang dilihatnya.
e.
Kita dapat menempatkan diri kita dalam kehidupan orang
lain, bercampur baur dengan orang yang kita kenal, dan tidak kita kenal, serta kita
dapat memahami, mengerti orang lain, semua itu karena adanya fantasi kita.
f.
Dengan adanya fantasi kita dapat membayangkan
bagaimana dunia ini kelak. Dengan fantasi kita juga bisa menentukan cita-cita
hidup kita dan membayangkan kehidupan kita kelak, dan kita dapat membayangkan
bagaimana kehidupan dunia ini dalam bulan, tahun serta abad yang akan datang.
g.
Kadang jika
kita mengalami kesulitan, kekecewaan, dan
kesedihan dalam kehidupan yang kita
jalani ini, pasti kita akan lari dan menciptakan dunia sendiri. Dimana dalam
dunia itu kita dapat mencapai segala keinginan kita, sehingga tidak ada lagi
kesulitan dan kekecewaan dalam hidup kita. Semua itu terjadi dengan adanya
fantasi yang ada pada diri kita.
h.
Dengan fantasi kita juga dapat mengenang masa lalu.
i.
Dengan adanya fantasi kita juga dapat menciptakan
sesuatu yang baru baik itu berupa benda maupun teori.
j.
Selain membawa kita dalam hal-hal yang dapat menyenangkan
dan kebaian dalam hidup kita, ternyata fantasi juga dapat membawa kita
kepada hal-hal yang buruk, yang sama sekali tidak dapat dibenarkan.
4.Beberapa hal-hal buruk yang terjadi
akibat fantasi antara lain:
a)
Anak-anak membayangkan adanya setan-setan dan jin-jin yang hal ini akan
membuat hidup anak tersebut tertekan. Hal ini dapat terjadi karena saat mendengarkan
cerita-cerita horor si anak terlalu berlebihan dalam fantasinya.
b)
Anak sering tenggelam kedalam dunia fantasinya, tampaknya
ia suka melamun.
c)
Anak takut menghadapi kenyataan, ia menjadi orang yang
pemalu atau pembual diantara
teman-temannya.
d)
Karena terlalu terbuai dan terlena dengan fantasinya,
ada orang yang meninggalkan tugas-tugasnya. Jadi orang ini lebih menyukai
berfantasi dari pada menyelesaikan tugas-tugasnya.seperti belajar, mengerjakan
pekerjaan rumah dan membantu orang tua.
e)
Menggunakan fantasinya untuk melakukan hal-hal yang
dapat merugikan orang lain. Seperti mencuri, merampok dan membunuh orang lain. Atau
hal kecil saja yang merugikan orang lain yaitu menyontek jawaban teman.
f)
Dengan fantasi juga dapat menimbulkan
kedustaan-kedustaan dalam kehidupan sehari-hari kita. serta dapat menimbulkan
tahayul dan hal-hal yang lain sebagainya.[23]
g)
Kalau orang sering dan berlebih-lebihan pergi ke dunia
fantasi yang indah-indah karena tak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang
akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali ke dunianya yang
sebenarnya.
h)
Juga dengan fantasi orang mudah sekali berdusta,
karena ia di kuasai fantasinya, lebih-lebih pada anak-anak.
i)
Dalam merencanakan hidup dihari nanti, mudah sekali
orang tergelincir ke rencana yang berlebih-lebihsehingga besar pasak daripada
tiangnya.
j)
Fantasi yang tanpa pimpinan dan penjagaan akan mudah
sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar.[24]
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari
uraian dapat disimpulkan bahwa fantasi berarti suatu daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan yang sudah ada pada diri kita,
jadi ciri khas dari gejala jiwa ini adalah unsur menciptakan sesuatu
yangbaru dalam jiwa. Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Sedangkan remaja adalah usia
dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.Dengan semakin
berkembang fantasi pada anak dan pemuda, membuat mereka semakin kreatif dan
menjangkau hidup kedepan. Namun, keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meninggalkan
alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya,
karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata. Jadi, dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan
mampu menjangkau ke depan, keadaan yang akan datang.
B. Saran
Dari paper ini penulis berharap para pembaca agar
lebih banyak lagi membaca buku-buku lain untuk menambah pengetahuan yang lebih
luas tentang Psikologi khususnya ”Maca-macam Fantasi dan Perkembangannya Pada
Anak dan Pemuda” karena fantasi bagian
dari hidup kita. Selain itu juga pembaca harus mengetahui fantasi yang positif
akan menberikan dampak atau efek yang positif pula pada tingkah laku kita,
sedangkan apabila kita berfantasi negatif dapat memberi sugesti yang negatif
pula terhadap pola pemikiran kita.
[1]
Muhammad Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1993, h.66
[2] Ki
Fudyartanto, Psikologi Umum,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, h. 262
[4]H.Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono, Psikologi belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2004,
h .29
[5] Muhammad
Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1997, h
61
[7]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1998, h .39
[8]
A.Roestandi,Muchjidin Effendi dan Zul Afdi Ardian, Psikologi Umum, Armico,
Bandung, 1998,h.82
[10]Sumadi
Suryabrata, Op cit, h.40
[11]
M.Alisuf Sabri, Opc cit, h.67
[12]
A.Roestandi, Muchjidin Effendi dan Zul Afdi Ardian, Op cit, h.81
[13]
Muhammad Alisuf Sabri, Loc cit
[14]
A.Roestandi, Muchjidin Effendi dan Zul Afdi Ardian, Loc .cit
[15]
Ki Fudyar tanto, Loc cit
[16]Muhammad
Alisuf Sabri , Op.cit , h 68-70
[17]Abu
Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi
Perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005,h.100.
[18]
Zulkifli, Psikologi Perkembangan,
Remaja Rosda karya, Bandung, 2005,h.56.
[20] Kartini
Kartono, Psikologi Anak, Mandar Maju, Bandung, 2007,h.148-149.
[21] Agus
Sujanto, Psikologi Perkembangan, Rineka Cipta, Surabaya, 1988,h.182.
[22]
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa,Psikologi Perkembangan Anak
Dan Remaja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995, h.203.
[23] S, Dedi. Tanya Jawab Psikologi, Armiko, Bandung, 1982,h.29.
[24] Agus
Sujanto, Op.cit.h.53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar