BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dulu
keberhasilan seseorang untuk masa depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal
dulu kecerdasan hanya ditinjau dari aspek intelektual. Padahal di otak kita
terdapat beberapa kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Di
Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau
kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem
pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika
(logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai
dari aspek tersebut. Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih
tradisional. Hal ini juga diungkapkan oleh pakar perkembangan dan pemerhati
anak, Seto Mulyadi.
Setelah
adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak.
Padahal sekolah–sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak
atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan
tinggi. Dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat
pendidikan Indonesia semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam
pendidikan pengembangan yang tradisional.
Dengan
adanya kekeliruan tentang kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu
matematika (logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga
meliputi beberapa aspek yang lain yaitu kinetis, musikal, visual-spatial,
interpersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebut dengan
kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkanalkan oleh Howard
Gardner tahun 1983. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai kecerdasan
jamak di makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah
1.
Apa pengertian kecerdasan
jamak?
2.
Siapa tokoh yang
mencetuskan teori kecerdasan jamak?
3.
Apa saja macam-macam
kecerdasan jamak?
4.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi kecerdasan?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui kecerdasan
jamak.
2.
Untuk mengetahui tokoh yang
mencetuskan teori kecerdasan jamak.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam kecerdasan jamak.
4.
Untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi kecerdasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Jamak
Dalam Psikologi,
dikemukakan bahwa intelligence, yang dalam bahasa Indonesia disebut
inteligensi atau kecerdasan berarti penggunaan kekuatan intelektual secara
nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.[1]
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.[2]
Oleh karena itu, inteligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga komponen, yaitu
1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan;
2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut
telah dilaksanakan;
Menurut Gardner, kecerdasan
adalah potensi biopsychological untuk memproses informasi yang dapat
diaktifkan dalam pengaturan budaya untuk memecahkan masalah atau menciptakan
produk yang bernilai dalam suatu budaya. Gardner mengungkapkan bahwa diaktifkan
atau tidak kecerdasan tersebut tergantung pada nilai-nilai budaya tertentu,
kesempatan yang tersedia dalam budaya, dan keputusan pribadi yang diputuskan
oleh individu dan atau mereka dalam keluarga, guru, sekolah dan masyarakat.[4]
Dalam usahanya melakukan identifikasi terhadap inteligensi, Gardner
menggunakan beberapa macam kriteria, yaitu
1.
Pengetahuan mengenai
perkembangan individu yang normal dan yang superior,
2.
Informasi mengenai
kerusakan otak,
3.
Studi mengenai orang-orang
eksepsional seperti individu yang luar biasa pintar, juga individu idiot
savant, dan orang-orang autistik
4.
Data psikometrik, dan
Dari segi
etimologi, jamak berarti banyak atau lebih dari satu.[6]
Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Setiap kecerdasan
punya perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma dalam kurun waktu berbeda untuk
setiap individu. Dinamika teori Multiple Intelligences Gardner bersifat
jamak: bermakna banyak dan luas, menandakan kecerdasan pada hakikatnya tidak
terbatas.[7]
Jadi, dalam
bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence
(MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan
jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan
tingkatan yang berbeda-beda.
B. Tokoh yang Mencetuskan Teori Kecerdasan Jamak
Pada 1960, di Amerika
Serikat terjadi revolusi pendidikan dan otak menjadi bahasan utama reformasi
pendidikan. Program Era Head Start* menjadi model dalam mengaitkan
praktik-praktik akademik atau kognitif yang dimulai sejak usia dini. Kondisi
ini melahirkan gagasan Gardner yang cemerlang dan diberi judul The Mind’s
New Science: A History Of The Cognitive
Revolution. Gagasan ini menjelaskan bahwa otak bisa diwakili dengan beragam
variasi bahasa mental yang disebut representasi mental.
Gardner
mengkaji ulang kerja otak dengan cara mengorganisasikan cara berpikir. Dia
mengamati kemampuan individu memimpin sehingga individu tersebut mampu
mengalirkan kegagalan menjadi kesuksesan hidup. Enam puluh enam tahun setelah
Alfred Binet adalah tepatnya 1983,[8]
Dr. Howard Gardner, psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS
mengemukakan teori tentang kecerdasan,[9]
dalam bukunya Frames Of Mind[10]
yang kemudian dikenal dengan Multiple Intelligence Theory. Inti
penekanan Gardner dalama melakukan definisi ulang kecerdasan Binet adalah tes
IQ tidak manusiawi dan tidak mampu mengukur kreativitas serta pemecahan masalah
seseorang. Selain itu menurutnya, tes IQ sempit dan tidak mengikuti
perkembangan budaya, juga rasialis dan tidak dinamis karena hanya mengukur disability.
Indikator keberhasilan seorang Agatha Christie (legenda Inggris: seorang
penulis novel terkenal) yang mengidap learning disability menjadi
contoh. Gardner menyebutkan bahwa Christie memiliki kecerdasan linguistik.
Walalupun Christie didiagnosis mengidap learning disability, berkat pola
kerja Multiple Intelligences yang discovering ability dan right
place, Christie mampu menemukan kondisi akhir terbaiknya sebagai penulis.[11]
Dalam
pandangan Gardner, setiap jenis inteligensi majemuk terhubung dengan sistem
independen di dalam otak. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa mungkin terdapat
jenis inteligensi yang lebih, seperti inteligensi eksistensial, yang melibatkan
proses identifikasi dan berpikir mengenai pertanyaan fundamental tentang
eksisntensi manusia.
Meskipun Gardner
mengilustrasikan konsepnya mengenai jenis spesifik dari inteligensi dengan
deskripsi dari orang-orang yang dikenal, setiap orang memiliki delapan jenis
inteligensi dengan deskripsi dari orangorang yang dikenal, setiap orang
memiliki delapan jenis inteligensi dalam tingkat yang berbeda-beda. Selain itu,
meskipun delapan jenis inteligensi dasar yang ditampilkan secara individual, Gardner
menyatakan bahwa inteligensi yang terpisah-pisah ini tidak bekerja sendiri-sendiri.
Normalnya, aktivitas apa pun meliputi beberapa jenis inteligensi yang saling
bekerja sama.
Konsep
inteligensi majemuk telah mengarah pada tes inteligensi yang mencakup
pertanyaan di mana bisa saja terdapat lebih dari satu jawaban yang benar; hal
ini memberikan kesempatan bagi individu yang mengikuti tes untuk memperlihatkan
cara berpikir kreatifnya. Sebagai tambahan, banyak pendidik, menganut paham
inteligensi majemuk, telah merancang kelas pembelajaran yang bertujuan untuk
menampilkan berbagai aspek dari inteligensi.[12]
C. Macam-Macam Kecerdasan Jamak
Dalam teori
yang diajukan oleh Howard Gardner ini dinyatakan bahwa inteligensi itu bukan
satu, melainkan 7 atau 8 macam. Setiap orang mempunyai kekuatan/kelebihannya
masing-masing. Ada yang kuat di satu atau beberapa cabang inteligensi, tetapi
tidak mungkin pandai disegala bidang. Jenis-jenis inteligensi yang dimaksud
adalah sebagai berikut:[13]
1.
Kecerdasan linguistik (Verbal Linguistic
Intelligence) adalah kemampuan
untuk berpikir dengan menggunakan kata-kata atau penggunaan bahasa untuk
mengekspresikan makna. Pekerjaan: penulis cerita, wartawan, dan pembicara.[14]
a.
Figur terkenal
Winston
Churchill, Adolf Hittler, Miing Bagito, Eko Patrio, Mira W., Shidney Sheldon,
Akbar Tanjung, K.H. Zainudin M.Z., Jalaludin Rumi, Emha Ainun Najib,
Abdurrahman Wahid, dan masih banyak lagi.
b.
Ciri yang menonjol
Sensitif
terhadap pola, teratur, sistematis, mampu berargumentasi, suka membaca, suka
mendengarkan, suka permainan kata, punya ingatan tajam tentang hal-hal sepele,
pembicara publik, jago debat yang andal, dan suka menulis.
c.
Cara mudah dalam belajar
Bercerita,
permainan kosa kata, wawancara, padukan menulis dan membaca, debat, diskusi,
gunakan, jurnal, buat-edit majalah dinding, permainan ingatan, baca tulis
lelucon.[15]
2.
Kecerdasan
logika-matematis (Logical mathematical Intelligence) yaitu jenis kecerdasan ini dapat membantu seseorang
menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka. Kecerdasan
matematis adalah kemampuan untuk menggunakan angka dengan baik dan penalaran
dengan benar. Kecerdasan matematis sendiri memuat kemampuan seseorang dalam
berpikir secara logika, memahami, dan menganalisis pola angka-angka serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Selanjutnya, Buzan
(2003) menambahkan, bahwa kecerdasan matematis adalah kemampuan otak untuk
bermain sulap dengan “alfabet” angka-angka. Salah satu kekeliruan yang sering
dilakukan oleh banyak anak, ketika mulai mempelajari angka adalah mengira ada
jutaan, miliaran bahkan tak terhingga banyaknya angka yang harus mereka
pelajari: 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0. Angka yang lain sekedar kombinasi angka
ini. Jadi yang perlu dikerjakan siswa untuk memiliki kecerdasan matematis
adalah memahami fakta ini, kemudian mempelajari beberapa operasi perhitungan
yang amat sederhana.[16]
Kecerdasan logistic-matematis menurut Gardner bukanlah
kebutuhan yang superior dibandingkan dengan kecerdasan-kecerdasan lain.
Kecerdasan pada dasarnya sama dan tidak saling mengalahkan atas lainnya. Setiap
kecerdasan mempunyai mekanismenya sendiri serta setiap kecerdasan punya prinsip
tersendiri.[17] Contoh
profesi yang tepat: dokter, akuntan, statistician, information technology,
e-commerce, in-vestment consultant, security analyst, dan lain-lain.[18]
a.
Figur terkenal
Mariam Diamond (professor
neuroanatomi), Albert Einstein, Michael Faraday, Stephen Hawking, Al-Khwarijmi,
Isaac Newton, dsb.
b.
Ciri yang
menonjol
Suka berpikir
abstrak, kecermatan dan ketepatan menjadi hal utama, suka berhitung, suka data,
angka, dan fakta, menggunakan struktur logis, suka komputer, suka memecahkan
masalah, sangat suka bereksperimen secara logis, suka mencatat secara teratur,
suka keadaan serba teratur.
c.
Cara mudah
dalam belajar
Rangsang dengan
pemecahan masalah, lakukan permainan berhitung dengan komputer, analisis dan
interpretasikan data, gunakan logika, beri eksperimen praktis, gunakan
prediksi, padukan matematika dengan mata pelajaran lain, miliki tempat untuk
menghimpun semua hal, gunakan berpikir deduktif, biarkan segala sesuatu
diselesaikan secara bertahap, gunakan komputer untuk lembar kerja dan
perhitungan.[19]
3.
Kecerdasan
visual-spasial (Visual spatial Intelligence) yaitu cara pandang dalam proyeksi tertentu dan kapasitas untuk
berpikir dalam tiga cara dimensi. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk
melakukan eksplorasi imajinasi, misalnya memodifikasi bayangan suatu objek
dengan melakukan percobaan sederhana. Kondisi akhir terbaik adalah perancang,
seniman, pelukis, pembuat patung, pengamat seni, pilot, arsitek, ahli strategi,
perancang bangunan, pecatur, guru gambar, desainer, videografer, sutradara,
koreografer, guru tari, fotografer, montir, teknisi, kaligrafer, pembatik,
pemburu, pemandu.[20]
a.
Figur yang terkenal
Leonardo
Da Vinci, Pablo Vicasso, Van Gough, Affandi, Basuki Abdullah, Raden Saleh,
Ramli, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Berpikir
dengan gambar, suka menggambar, melukis, memahat, membaca peta, melihat warna,
memiliki indra konfiguratif, menggunakan metafora, menghasilkan citra mental.
c.
Cara mudah dalam belajar
Gunakan
gambar, buat coretan dan simbol, sediakan media gambar, padukan seni dengan
mata pelajaran lain, gunakan Peta Pikiran, lakukan visualisasi, belajar melalui
video, VCD/DVD, buat poster, gunakan mimik, berpindah-pindah ruangan untuk
mendapatkan perspektif, tandai warna, gambar diagram.[21]
Anak belajar secara visual
untuk mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir secara konseptual (holistik)
untuk memahami sesuatu. Kemampuan melihat “sesuatu” di dalam kepala mereka
mampu membuat mereka pandai memecahkan masalah atau berkreasi.[22]
4.
Kecerdasan gerak tubuh (Bodily-kinesthetic
Intelligence) yaitu merujuk
pada pengontrolan semua untuk sebagian tubuh orang untuk melaksanakan gerakan.[23] Menurut Gardner, seseorang yang punya kemampuan
menggunakan seluruh tubuh mereka atau paling tidak hanya sebagian dari tubuh,
seperti tangan, untuk memecahkan masalah merupakan pengembangan dari kecerdasan
kinestetis.[24]
a.
Figur terkenal
Mozart,
Beethoven, Bach, Kitaro, Purwa Caraka, Kris Dayanti, Venessa Mae, Adhie M.S,
Trie Utami, Kyai Kanjeng Emha Ainun Najib, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Sensitif
terhadap nada, irama, kekuatan emosi musik, susunan musik yang rumit, bisa jadi
amat spiritual.
c.
Cara mudah dalam belajar
Bermain
alat musik, belajar lewat lagu, gunakan konser pasif dalam belajar, belajar
diiringi musik barok,[25]
ubah suasana hati dengan musik, mengarang atau mencipta lagu, bergabung dengan
kelompok paduan suara, dsb.[26]
5.
Kecerdasan
musikal (Musical) yaitu kemampuan memahami, menciptakan atau menyanyikan
sebuah lagu, mengingat melodi musik, memiliki kepekaan terhadap irama. Contoh
kecerdasan ini adalah bermain alat musik, bernyanyi, mencipta lagu, dan
lain-lain.[27] Menurut
Gardner, kecerdasan musik merupakan bentuk bakat manusia yang paling awal
muncul. Gardner menyatakan bahwa keahlian di bidang musik bergantung pada
bertambahnya pengalaman hidup sehingga mungkin saja seorang anak berusia 3
tahun mampu mengenali nada-nada lagu yang didengarnya.[28] Tipe
kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi, dan composer.[29]
a.
Figur terkenal
Michael
Jordan, Muhammad Ali, David Copperfield, Joddie Foster, Sharon Stone, Tom Hanks,
Matt Biond, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Memiliki
daya kontrol tubuh yang luar biasa, respons yang terlatih, suka menggunakan
manipulasi, bermain-main dengan objek, berpikir mekanis, mahir dalam kerajinan
tangan, belajar efektif dengan bergerak, suka bermain, belajar dengan
melibatkan diri dalam proses belajar, gampang mengingat apa yang dilakukan
bukan yang dilihat atau didengar, refleks yang sempurna.
c.
Cara mudah dalam belajar
Gunakan
latihan fisik yang menggunakan Anda sebagai objek, dramatisasi dalam proses
belajar, gunakan model, mesin, Lego, kerajinan tangan, Origami, gunakan
permainan kelas dan perjalanan lapangan (field trip), gunakan gerak
untuk belajar, gunakan tarian untuk belajar.[30]
6.
Kecerdasan
empati (Interpersonal Intelligence) yaitu kemampuan untuk mengamati dan
merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.[31]
“Bekerja sama untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin” merupakan kalimat
yang menunjukkan prinsip kerja kecerdasan interpersonal. Ciri khas seseorang
yang punya kecerdasan ini: dia merasa nyaman saat interaksi dengan perbedaan
yang timbul, dipahami sebagai kesempurnaan interaksi. Murid dengan kemampuan
ini punya kemampuan memengaruhi teman sebaya, kadang mereka lebih menonjol
dalam kelompoknya. Biasanya, mereka juga mampu menjalin interaksi dengan orang
yang lebih tua atau yang lebih muda. Poin penting dari kecerdasan interpersonal
lebih mengutamakan kolaborasi dan kerja sama.[32]
a.
Tokoh
Akbar
Tanjung (politikus), Dr. Jose Rizal (relawan MER-C/pekerjaan sosial), Jusuf
Kalla (negosiator dan wakil Presiden RI), Herdin Nurdin (manajer marketing
produk GLC Indonesia), Aprilianto Winahyo (agen penjualan), Muhammad Warsita
Waris (pelobi/guru).[33]
b.
Ciri yang menonjol
Kemampuan
negosiasi yang tinggi, mahir dalam berhubungan dengan orang lain, mampu membaca
perasaan dan keinginan orang lain, menikmati kegiatan bersama, suka bekerja
sama, memiliki jaringan persahabatanyang banyak, menikmati berada di
tengah-tengah orang lain, membaca situasi sosial dengan baik.
c.
Cara mudah
dalam belajar
Lakukan
aktivitas belajar bersama, beri banyak waktu rehat untuk bersosialisasi,
gunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi, adakan pesta perayaan belajar,
bekerja dalam tim, belajar lewat layanan, ajari orang lain, gunakan sebab
akibat, lakukan pembicaraan pasangan di telepon, jadikan proses belajar yang
mengasyikkan.[34]
Kecerdasan interpersonal berkaitan erat
dengan orang. Secara langsung atau tidak, para guru yang mengelompokkan
siswa-siswanya dalam kegiatan belajar mengajar telah mendorong untuk
memunculkan kecerdasan interpersonal para siswa mereka. Akhirnya, banyak guru
yang merasa tidak maksimal dalam mengajar, jika tidak mengelompokkan
siswa-siswanya, baik berpasangan atau lebih dari dua orang per kelompok.[35]
7.
Kecerdasan
Paham Diri (Intrapersonal Intelligence)
Kemampuan untuk menganalisis atau memahami diri sendiri dan
bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Termasuk di dalamnya mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri, suasana hati, dan keinginan diri.[36] Linda
Campbell menyebutkan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan hakikat untuk
memahami diri kita sendiri yang kemudian berdampak pada pemahaman pada orang
lain, yang di antaranya mencakup:
a.
kelebihan
dan kekurangan diri kita.
b.
Needs
for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) yang
timbul dari refleksi diri, motivasi, etika/moral kepribadian, empati, dan
altruism.
c.
Sifat
mementingkan orang lain yang ditimbulkan oleh kesadaran diri.
Tanpa
sumber-sumber batin, sulit untuk membangkitkan kehidupan yang produktif dan
membahagiakan. Pada intinya, kecerdasan intrapersonal memberikan wawasan agar
kita menjadi diri sendiri, bukan membuat kamuflase diri sendiri untuk menjadi
orang lain. Di antara banyak kasus, banyak orang merekayasa penampilan luar
mereka untuk menjadi bukan dirinya sendiri. Pada dasarnya, kecerdasan intrapersonal
mengajak kita untuk merenungkan tujuan hidup sendiri dan percaya kepada diri
sendiri. Para peneliti bidang genetika sangat yakin bahwa ketika dilahirkan ke
dunia, kecerdasan intrapersonal seseorang telah berkembang dari sebuah
kombinasi genetis. Namun, pengalaman dan lingkunganlah yang akhirnya menentukan
kualitas kecerdasan intra personal. Kecerdasan intrapersonal bisa dibangun oleh
interaksi hubungan social dan lingkungannya sehingga memperkaya pengalaman
pribadi seseorang. Dengan demikian, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal
saling bergantung.[37]
Contoh kecerdasan
ini: kepercayaan diri. Contoh profesi yang tepat: psikolog, trainer, dan
filsuf.[38]
a.
Tokoh
Mario
Teguh, Ari Ginanjar Agustian (motivator), K.H. Abdullah Gymnastiar, Ust.
Muhammad Arifin Ilham, Franz Magnis Suseno, J.B. Mangunwidjaya (pemimpin
agama), Prof. Dr. H. Dadang Hawari (psikiater), SarlitoWirawan (psikolog).[39]
b.
Ciri yang menonjol
Sadar
diri, sensitif terhadap nilai diri, tujuan hidup, perasaan diri, memiliki
kemampuan pengendalian diri yang baik, motivasi diri yang baik, suka
menyendiri, ingin tampil beda dari kebanyakan orang, suka keheningan, sadar
akan kekuatan dan kelemahan diri.
c.
Cara mudah dalam belajar
Lakukan
pembicaraan dari hati ke hati, lakukan pengembangan diri untuk mendobrak
rintangan belajar, belajar di tempat kesunyian dan keheningan, beri waktu untuk
refleksi diri, meditasi atau yoga, lakukan studi mandiri, buat catatan harian,
ajarkan bertanya, ajarkan penguatan diri, diskusikan dan refleksikan apa yang
Anda alami dan rasakan, beri kebebasan berbeda dikelompoknya, lakukan aktivitas
tanya jawab.[40]
8.
Kecerdasan
alam (naturalist Intelligence) yaitu kemampuan mengobservasi
pola-pola alam dan memahami sistem alamiah atau sistem buatan manusia.
Pekerjaan: Petani, ahli botani, ahli ekologi, ahli taman,[41]
dokter hewan, jagawana (polisi kehutanan), aktivis lingkungan dan hewan,
holtikulturis serta peneliti.
a.
Tokoh
Edwin Norman dan
Didik Syamsu (pendaki gunung/keduanya sudah meninggal saat menaklukkan puncak
tertinggi di Amerika Selatan), Uli Sigar Rusady (anggota LSM
lingkungan/pencinta alam), Erma Widyasti (mikrobiologis/penyayang hewan),
Suratman (pembuat biopori/florist), Prof. Dr. Soleh Kosela dan Dr. Herry
Cahyana (peneliti kandungan kimia bahan alam) dan almarhum Mbah Marijan (juru
kunci gunung Merapi).[42]
b.
Ciri yang
menonjol
Suka spontanitas,
suka suasana yang rileks dan santai, senang mencoba segala sesuatu, pengambil
resiko, berpikir spekulatif, suka berpetualang mencari sesuatu yang baru dan
dapat menguntungkan banyak orang, dsb.
c.
Cara mudah
belajar
Belajar di luar kelas
atau di alam/lapangan, belajar sambil bepergian ke suatu tempat, belajar
praktis dan menantang.[43]
Jadi dari
macam-macam tipe yang dikemukakan diatas, menyatakan bahwa setiap anak
mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga kita tidak bisa menganggap
bahwa anak yang lemah dalam bidang akademiknya merupakan anak yang tidak cerdas
karena mungkin saja ia memiliki kecerdasan dalam bidang yang lainya, yang
menjadikan ia ahli terhadap apa yang ia miliki.
Menurut
Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam
tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses
informasi dengan cara yang berbeda-beda. Orang mampu belajar dengan baik ketika
mereka dapat mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas ini.
Penerapan
teori Gardner tentang kecerdasan ganda dalam pendidikan anak adalah
memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang dimana mereka
memiliki keingintahuan dan bakat alami. Menurut Garner, seandainya para guru
memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra
mereka, hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangatlah ahli dalam
suatu hal tertentu.
Bahkan
seorang siswa yang tidak memahami satu bidang ilmupun akan menemukan bahwa
dirinya memiliki kekuatan-kekuatan yang setara dengan orang lain. Seperti di
Key School di Indianapolis, setiap siswa dipaparkan pada materi-materi yang
didesain untuk menstimulasi keahlian bahasa, matematika dan permainan fisik.
Terlebih lagi, mereka didorong untuk memahami diri sendiri dan orang lain.[44]
D. Aspek yang Mempengaruhi Kecerdasan
Kecerdasan
merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap insan. Anugrah ini
mampu menggerakkan seluruh sendi kehidupan di dunia dan keberhasilan yang
dirasakan selama ini. Istilah kecerdasan sering dikaitkan dengan kemampuan
seseorang untuk bertindak, bekerja, menghitung matematis, mengukur, membaca
cepat, berbahasa asing dengan lancar, memecahkan masalah, bekerjasama, sabar,
pintar, IQ diatas rata-rata, pengambilan keputusan dan mengerjakan banyak hal
sekaligus. Dari semua pengertian yang ada, para ahli sepakat bahwa yang
dimaksud dengan kecerdasan paling tidak mengandung dua aspek pokok yaitu:
kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan
melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman, dan nilai-nilai
budaya yang berkembang.
Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang bersifat dinamis, tumbuh dan
berkembang. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan, yaitu:
- Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang
belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman
hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh
pengasuhan yang baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses
dibanding anak yang kurang rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal ini berjalan
secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
- Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan
banyak membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan seseorang.
Lingkungannya yang memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan
serta dukungan akan membuat otot mental dan kecerdasan. Penelitian pada tikus
menunjukkan bahwa lingkaran yang kaya akan stimulus mendorong pertumbuhan
koneksi sel otak. Hal ini terjadi pula pada proses perkembangan otak manusia.
- Kemauan dan keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri
seseorang membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah.
Kemauan dan keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif
akan timbul dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif,
sebaliknya jika lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran
untuk berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan
potensi intelektualnya.
- Bawaan
Meskipun banyak argumentasi para
ahli tentang besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan
kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak
berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor
keturunan dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa
genetika sedikit banyak berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience
menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh terhadap respon kognitif seperti
kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya seseorang akan berpikir dan bertindak
dengan menggunakan ketiga aspek itu secara simultan.
- Gaya hidup
Gaya hidup erat kaitannya dengan
respon seseorang terhadap budaya dan lingkungan. Pilihan gaya hidup berpengaruh
besar terhadap tingkat perkembangan kognitif, seperti pola makna, jam tidur,
olah raga, obat-obatan, minuman, dan musik. Suatu riset yang dilakukan oleh
University of California membuktikan bahwa IQ dapat ditingkatkan 8-9 poin
dengan mendengarkan musik mozart.
- Aktivitas belajar dan
kegiatan harian
Aktivitas dan kebiasaan manusia
merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna bagi kesuksesan
seseorang. Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu dalam memetakan
pengalaman belajar yang dipadukan dengan penegtahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui
aktivitas dan pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental
dalam praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat paedagogis dengan rangkaian
pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaan dan pengalaman yang
berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas
merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai,
kebiasaan, tindakan, kerjasama, dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola
hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan
upaya menerampilkan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok
masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan
perubahan ke depan.
Pembelajaran
dirancang agar orang tua sebagai fasilitator mampu menentukan gaya belajar dan
mengaktulisasikan potensi anak secara bersamaan serta memberikan dampak kepada
pembentukan kemampuan yang lebih luas.[45]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jadi, dalam
bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence
(MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan
jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan
tingkatan yang berbeda-beda. Adapun tokoh yang mencetuskan teori kecerdasan
jamak yang cukup terkenal adalah gagasan Dr. Howard Gardner yang cemerlang dan
diberi judul The Mind’s New Science:
A History Of The Cognitive Revolution.
Dalam teori
yang diajukan oleh Howard Gardner terdapat macam-macam kecerdasan jamak,
diantaranya:
1) Kecerdasan
linguistik (Verbal Linguistic Intelligence),
2) Kecerdasan
logika-matematis (Logical mathematical Intelligence),
3) Kecerdasan
visual-spasial (Visual spatial Intelligence),
4) Kecerdasan
gerak tubuh (Bodily-kinesthetic Intelligence),
5) Kecerdasan
musical (Musical),
6) Kecerdasan
empati (Interpersonal Intelligence),
7) Kecerdasan
Paham Diri (Intrapersonal Intelligence),
8) kecerdasan
alam (naturalist intelligence).
Selain itu,
adapun aspek-aspek yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu: 1) Pengalaman,
2)
Lingkungan,
3) Kemauan
dan keputusan,
4) Bawaan,
5) Gaya
hidup,
6) Aktivitas
belajar dan kegiatan harian
B. Saran
Setelah kita mengetahui tentang keceradasan jamak, maka penulis memberikan
saran kepada orang tua untuk memperhatikan kecerdasan jamak yang dimiliki
anaknya dengan cara:
- Memandang anak sebagai
individu yang terlahir cerdas.
- Mengidentifikasi
kecerdasan anak sesuai dengan kegiatan yang biasanya dilakukan
sehari-hari.
- Memfasilitasi anak dengan
kecerdasan yang dimiliki.
- Jangan pernah menghalangi
atau mematikan kecerdasan jamak anak dengan berbagai larangan dan mitos.
- Arahkan anak anda
agar dapat mengembangkan kecerdasan jamak yang ia miliki dengan berbagai
media.
- Berikan motivasi
agar anak dapat mengembagkan kecerdasan jamak yang dimilikinya.
Adapun saran kepada guru untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan, diantaranya :
1.
Mengaktifkan seluruh indera anak
didik
Ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk mengaktifkan seluruh indera anak didik, yaitu sebagai berikut.
a. Melatih cara mendengar yang efektif.
b.
Melatih mata untuk membaca cepat dan
efektif.
c.
Melatih keterampilan menulis atau
membuat catatan yang cepat dan tepat.
2. Melatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang
Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut.
a.
Mengidentisifikasi intelegensi anak
didik.
b.
Menyusun rencana pelajaran yang
dapat mengembangkan beberapa kecerdasan.
3. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda
Melatih silang kecerdasan dapat
dilakukan dengan membangun stasiun-stasiun kecerdasan untuk setiap jenis
kecerdasan yang berbeda. Yang dimaksud stasiun disini adalah semacam display
dengan memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik
ke segala arah.
4. Gunakan berbagai strategi dan metode untuk
mengembangkan kecerdasan jamak siswa
Adapun
saran bagi sekolah adalah agar sekolah memberikan pelayanan keanekaragaman
kecerdasan siswa yang memadai dalam hal sarana dan prasarana demi tercapainya
proses belajar mengajar yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan
Karakter. Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung.Yrama Widya. cet
ke-1.
Azwar, Saifuddin. 2014. Pengantar
Psikologi Inteligensi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. cet. ke-4.
Chatib, Munif, dkk. 2012. Sekolah
Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak Dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung.
Kaifa. cet. ke-1.
Davis, Gary A. 2012. Anak
Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan. Jakarta.Indeks.
Feldman, Robert S. 2012. Pengantar
Psikologi: Understanding Psychology. Jakarta. Salemba Humanika.
Hastuti. 2012. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta. Tugu Publisher. cet. ke-1.
Hidayah, Rifa. 2009. Psikologi
Pengasuhan Anak. Malang. UIN Malang Press. cet. ke-1.
King, Laura A. 2010. Psikologi
Umum. Jakarta. Salemba Humanika.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2010.
Taksonomi Berpikir. Bandung. Remaja Rosdakarya. cet. ke-1.
Martin, M. Andrea, dkk.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya. Karina.
Purwanto, Ngalim. 2013. Psikologi
Pendidikan. Jakarta. Remaja Rosdakarya. cet. ke-26.
Ramadhy, Sufyan, dkk. 2010.
Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan? (Metode Baru Untuk Mengoptimalkan Fungsi
Otak Manusia). Bandung. Sarana Panca Karyanusa.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta. Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi
Remaja. Jakarta. Rajawali Press. ed. rev.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi
dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. cet. ke-4.
Winarno. 2012. Psikologi
Perkembangan Anak. Tt. Platinum. cet. ke-1.
Yudhawati, Ratna, dkk. 2011.
Teori-teori Psikologi Pendidikan. Jakarta. Prestasi Pustaka.
[1]Hamzah
B. Uno, Orientasi Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), cet. ke-4, h.60
[2]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013), cet.
ke-26, h.52
[3]Hamzah
B. Uno, Loc. Cit.
[4]Wowo
Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
cet. ke-1, h.71
[5]Saifuddin
Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), cet. k-4, h.41
[6]M.
Andrea Martin dan F.V Bhaskara, Kamus Besar Bahasa Indonesia Millenium, (Surabaya:
Karina, 2002), h.244
[7]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak
Dan Pendidikan Berkeadilan, (Bandung: Kaifa, 2012), cet. ke-1, h.78
[8]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.71
[9]Hastuti,
Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Tugu Publisher, 2012), cet. ke-1,
h.71
[10]Wowo
Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h.70
[11]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Loc.Cit.
[12]Robert
S. Feldman, Pengantar Psikologi: Understanding Psychology, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h.346
[13]Sarlito
W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), ed. Rev,
h.93
[14]Laura
A. King, Psikologi Umum, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.38
[15]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan? (Metode Baru
Untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia), (Bandung: Sarana Panca
Karyanusa, 2010), h.166
[16]Rifa
Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN Malang Press, 2009),
cet. ke-1, h.124
[17]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.85
[18]Zainal Aqib, Pendidikan
Karakter: Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung: Yrama Widya,
2011), cet ke-1, h.58
[19]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.167
[20]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.88
[21]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.167-168
[22]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.89
[23]Gary
A. Davis, Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan, ( Jakarta: Indeks,
2012), h.60
[24]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.90
[25]Musik
yang menunjukkan sebuah tragedi.
[26]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.168
[28]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.93
[29]Rifa
Hidayah, Loc.Cit.
[30]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.169
[31]Ratna
Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-teori Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011), h.234
[32]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Loc. Cit.
[33]Ibid.,
h.94
[34]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.169-170
[35]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.95
[37]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.96
[38]Zainal
Aqib, Op.Cit., h.59-60
[39]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.97
[40]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.170
[41]John
W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.323
[42]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.99
[43]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.171
[44]John
W. Santrock. Loc cit.
[45]Winarno,
Psikologi Perkembangan Anak, (tt: Platinum, 2012), cet. ke-1, h.80-85 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dulu
keberhasilan seseorang untuk masa depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal
dulu kecerdasan hanya ditinjau dari aspek intelektual. Padahal di otak kita
terdapat beberapa kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Di
Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau
kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem
pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika
(logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai
dari aspek tersebut. Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih
tradisional. Hal ini juga diungkapkan oleh pakar perkembangan dan pemerhati
anak, Seto Mulyadi.
Setelah
adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak.
Padahal sekolah–sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak
atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan
tinggi. Dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat
pendidikan Indonesia semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam
pendidikan pengembangan yang tradisional.
Dengan
adanya kekeliruan tentang kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu
matematika (logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga
meliputi beberapa aspek yang lain yaitu kinetis, musikal, visual-spatial,
interpersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebut dengan
kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkanalkan oleh Howard
Gardner tahun 1983. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai kecerdasan
jamak di makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah
1.
Apa pengertian kecerdasan
jamak?
2.
Siapa tokoh yang
mencetuskan teori kecerdasan jamak?
3.
Apa saja macam-macam
kecerdasan jamak?
4.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi kecerdasan?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui kecerdasan
jamak.
2.
Untuk mengetahui tokoh yang
mencetuskan teori kecerdasan jamak.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam kecerdasan jamak.
4.
Untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi kecerdasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Jamak
Dalam Psikologi,
dikemukakan bahwa intelligence, yang dalam bahasa Indonesia disebut
inteligensi atau kecerdasan berarti penggunaan kekuatan intelektual secara
nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.[1]
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.[2]
Oleh karena itu, inteligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga komponen, yaitu
1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan;
2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut
telah dilaksanakan;
Menurut Gardner, kecerdasan
adalah potensi biopsychological untuk memproses informasi yang dapat
diaktifkan dalam pengaturan budaya untuk memecahkan masalah atau menciptakan
produk yang bernilai dalam suatu budaya. Gardner mengungkapkan bahwa diaktifkan
atau tidak kecerdasan tersebut tergantung pada nilai-nilai budaya tertentu,
kesempatan yang tersedia dalam budaya, dan keputusan pribadi yang diputuskan
oleh individu dan atau mereka dalam keluarga, guru, sekolah dan masyarakat.[4]
Dalam usahanya melakukan identifikasi terhadap inteligensi, Gardner
menggunakan beberapa macam kriteria, yaitu
1.
Pengetahuan mengenai
perkembangan individu yang normal dan yang superior,
2.
Informasi mengenai
kerusakan otak,
3.
Studi mengenai orang-orang
eksepsional seperti individu yang luar biasa pintar, juga individu idiot
savant, dan orang-orang autistik
4.
Data psikometrik, dan
Dari segi
etimologi, jamak berarti banyak atau lebih dari satu.[6]
Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Setiap kecerdasan
punya perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma dalam kurun waktu berbeda untuk
setiap individu. Dinamika teori Multiple Intelligences Gardner bersifat
jamak: bermakna banyak dan luas, menandakan kecerdasan pada hakikatnya tidak
terbatas.[7]
Jadi, dalam
bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence
(MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan
jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan
tingkatan yang berbeda-beda.
B. Tokoh yang Mencetuskan Teori Kecerdasan Jamak
Pada 1960, di Amerika
Serikat terjadi revolusi pendidikan dan otak menjadi bahasan utama reformasi
pendidikan. Program Era Head Start* menjadi model dalam mengaitkan
praktik-praktik akademik atau kognitif yang dimulai sejak usia dini. Kondisi
ini melahirkan gagasan Gardner yang cemerlang dan diberi judul The Mind’s
New Science: A History Of The Cognitive
Revolution. Gagasan ini menjelaskan bahwa otak bisa diwakili dengan beragam
variasi bahasa mental yang disebut representasi mental.
Gardner
mengkaji ulang kerja otak dengan cara mengorganisasikan cara berpikir. Dia
mengamati kemampuan individu memimpin sehingga individu tersebut mampu
mengalirkan kegagalan menjadi kesuksesan hidup. Enam puluh enam tahun setelah
Alfred Binet adalah tepatnya 1983,[8]
Dr. Howard Gardner, psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS
mengemukakan teori tentang kecerdasan,[9]
dalam bukunya Frames Of Mind[10]
yang kemudian dikenal dengan Multiple Intelligence Theory. Inti
penekanan Gardner dalama melakukan definisi ulang kecerdasan Binet adalah tes
IQ tidak manusiawi dan tidak mampu mengukur kreativitas serta pemecahan masalah
seseorang. Selain itu menurutnya, tes IQ sempit dan tidak mengikuti
perkembangan budaya, juga rasialis dan tidak dinamis karena hanya mengukur disability.
Indikator keberhasilan seorang Agatha Christie (legenda Inggris: seorang
penulis novel terkenal) yang mengidap learning disability menjadi
contoh. Gardner menyebutkan bahwa Christie memiliki kecerdasan linguistik.
Walalupun Christie didiagnosis mengidap learning disability, berkat pola
kerja Multiple Intelligences yang discovering ability dan right
place, Christie mampu menemukan kondisi akhir terbaiknya sebagai penulis.[11]
Dalam
pandangan Gardner, setiap jenis inteligensi majemuk terhubung dengan sistem
independen di dalam otak. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa mungkin terdapat
jenis inteligensi yang lebih, seperti inteligensi eksistensial, yang melibatkan
proses identifikasi dan berpikir mengenai pertanyaan fundamental tentang
eksisntensi manusia.
Meskipun Gardner
mengilustrasikan konsepnya mengenai jenis spesifik dari inteligensi dengan
deskripsi dari orang-orang yang dikenal, setiap orang memiliki delapan jenis
inteligensi dengan deskripsi dari orangorang yang dikenal, setiap orang
memiliki delapan jenis inteligensi dalam tingkat yang berbeda-beda. Selain itu,
meskipun delapan jenis inteligensi dasar yang ditampilkan secara individual, Gardner
menyatakan bahwa inteligensi yang terpisah-pisah ini tidak bekerja sendiri-sendiri.
Normalnya, aktivitas apa pun meliputi beberapa jenis inteligensi yang saling
bekerja sama.
Konsep
inteligensi majemuk telah mengarah pada tes inteligensi yang mencakup
pertanyaan di mana bisa saja terdapat lebih dari satu jawaban yang benar; hal
ini memberikan kesempatan bagi individu yang mengikuti tes untuk memperlihatkan
cara berpikir kreatifnya. Sebagai tambahan, banyak pendidik, menganut paham
inteligensi majemuk, telah merancang kelas pembelajaran yang bertujuan untuk
menampilkan berbagai aspek dari inteligensi.[12]
C. Macam-Macam Kecerdasan Jamak
Dalam teori
yang diajukan oleh Howard Gardner ini dinyatakan bahwa inteligensi itu bukan
satu, melainkan 7 atau 8 macam. Setiap orang mempunyai kekuatan/kelebihannya
masing-masing. Ada yang kuat di satu atau beberapa cabang inteligensi, tetapi
tidak mungkin pandai disegala bidang. Jenis-jenis inteligensi yang dimaksud
adalah sebagai berikut:[13]
1.
Kecerdasan linguistik (Verbal Linguistic
Intelligence) adalah kemampuan
untuk berpikir dengan menggunakan kata-kata atau penggunaan bahasa untuk
mengekspresikan makna. Pekerjaan: penulis cerita, wartawan, dan pembicara.[14]
a.
Figur terkenal
Winston
Churchill, Adolf Hittler, Miing Bagito, Eko Patrio, Mira W., Shidney Sheldon,
Akbar Tanjung, K.H. Zainudin M.Z., Jalaludin Rumi, Emha Ainun Najib,
Abdurrahman Wahid, dan masih banyak lagi.
b.
Ciri yang menonjol
Sensitif
terhadap pola, teratur, sistematis, mampu berargumentasi, suka membaca, suka
mendengarkan, suka permainan kata, punya ingatan tajam tentang hal-hal sepele,
pembicara publik, jago debat yang andal, dan suka menulis.
c.
Cara mudah dalam belajar
Bercerita,
permainan kosa kata, wawancara, padukan menulis dan membaca, debat, diskusi,
gunakan, jurnal, buat-edit majalah dinding, permainan ingatan, baca tulis
lelucon.[15]
2.
Kecerdasan
logika-matematis (Logical mathematical Intelligence) yaitu jenis kecerdasan ini dapat membantu seseorang
menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka. Kecerdasan
matematis adalah kemampuan untuk menggunakan angka dengan baik dan penalaran
dengan benar. Kecerdasan matematis sendiri memuat kemampuan seseorang dalam
berpikir secara logika, memahami, dan menganalisis pola angka-angka serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Selanjutnya, Buzan
(2003) menambahkan, bahwa kecerdasan matematis adalah kemampuan otak untuk
bermain sulap dengan “alfabet” angka-angka. Salah satu kekeliruan yang sering
dilakukan oleh banyak anak, ketika mulai mempelajari angka adalah mengira ada
jutaan, miliaran bahkan tak terhingga banyaknya angka yang harus mereka
pelajari: 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0. Angka yang lain sekedar kombinasi angka
ini. Jadi yang perlu dikerjakan siswa untuk memiliki kecerdasan matematis
adalah memahami fakta ini, kemudian mempelajari beberapa operasi perhitungan
yang amat sederhana.[16]
Kecerdasan logistic-matematis menurut Gardner bukanlah
kebutuhan yang superior dibandingkan dengan kecerdasan-kecerdasan lain.
Kecerdasan pada dasarnya sama dan tidak saling mengalahkan atas lainnya. Setiap
kecerdasan mempunyai mekanismenya sendiri serta setiap kecerdasan punya prinsip
tersendiri.[17] Contoh
profesi yang tepat: dokter, akuntan, statistician, information technology,
e-commerce, in-vestment consultant, security analyst, dan lain-lain.[18]
a.
Figur terkenal
Mariam Diamond (professor
neuroanatomi), Albert Einstein, Michael Faraday, Stephen Hawking, Al-Khwarijmi,
Isaac Newton, dsb.
b.
Ciri yang
menonjol
Suka berpikir
abstrak, kecermatan dan ketepatan menjadi hal utama, suka berhitung, suka data,
angka, dan fakta, menggunakan struktur logis, suka komputer, suka memecahkan
masalah, sangat suka bereksperimen secara logis, suka mencatat secara teratur,
suka keadaan serba teratur.
c.
Cara mudah
dalam belajar
Rangsang dengan
pemecahan masalah, lakukan permainan berhitung dengan komputer, analisis dan
interpretasikan data, gunakan logika, beri eksperimen praktis, gunakan
prediksi, padukan matematika dengan mata pelajaran lain, miliki tempat untuk
menghimpun semua hal, gunakan berpikir deduktif, biarkan segala sesuatu
diselesaikan secara bertahap, gunakan komputer untuk lembar kerja dan
perhitungan.[19]
3.
Kecerdasan
visual-spasial (Visual spatial Intelligence) yaitu cara pandang dalam proyeksi tertentu dan kapasitas untuk
berpikir dalam tiga cara dimensi. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk
melakukan eksplorasi imajinasi, misalnya memodifikasi bayangan suatu objek
dengan melakukan percobaan sederhana. Kondisi akhir terbaik adalah perancang,
seniman, pelukis, pembuat patung, pengamat seni, pilot, arsitek, ahli strategi,
perancang bangunan, pecatur, guru gambar, desainer, videografer, sutradara,
koreografer, guru tari, fotografer, montir, teknisi, kaligrafer, pembatik,
pemburu, pemandu.[20]
a.
Figur yang terkenal
Leonardo
Da Vinci, Pablo Vicasso, Van Gough, Affandi, Basuki Abdullah, Raden Saleh,
Ramli, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Berpikir
dengan gambar, suka menggambar, melukis, memahat, membaca peta, melihat warna,
memiliki indra konfiguratif, menggunakan metafora, menghasilkan citra mental.
c.
Cara mudah dalam belajar
Gunakan
gambar, buat coretan dan simbol, sediakan media gambar, padukan seni dengan
mata pelajaran lain, gunakan Peta Pikiran, lakukan visualisasi, belajar melalui
video, VCD/DVD, buat poster, gunakan mimik, berpindah-pindah ruangan untuk
mendapatkan perspektif, tandai warna, gambar diagram.[21]
Anak belajar secara visual
untuk mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir secara konseptual (holistik)
untuk memahami sesuatu. Kemampuan melihat “sesuatu” di dalam kepala mereka
mampu membuat mereka pandai memecahkan masalah atau berkreasi.[22]
4.
Kecerdasan gerak tubuh (Bodily-kinesthetic
Intelligence) yaitu merujuk
pada pengontrolan semua untuk sebagian tubuh orang untuk melaksanakan gerakan.[23] Menurut Gardner, seseorang yang punya kemampuan
menggunakan seluruh tubuh mereka atau paling tidak hanya sebagian dari tubuh,
seperti tangan, untuk memecahkan masalah merupakan pengembangan dari kecerdasan
kinestetis.[24]
a.
Figur terkenal
Mozart,
Beethoven, Bach, Kitaro, Purwa Caraka, Kris Dayanti, Venessa Mae, Adhie M.S,
Trie Utami, Kyai Kanjeng Emha Ainun Najib, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Sensitif
terhadap nada, irama, kekuatan emosi musik, susunan musik yang rumit, bisa jadi
amat spiritual.
c.
Cara mudah dalam belajar
Bermain
alat musik, belajar lewat lagu, gunakan konser pasif dalam belajar, belajar
diiringi musik barok,[25]
ubah suasana hati dengan musik, mengarang atau mencipta lagu, bergabung dengan
kelompok paduan suara, dsb.[26]
5.
Kecerdasan
musikal (Musical) yaitu kemampuan memahami, menciptakan atau menyanyikan
sebuah lagu, mengingat melodi musik, memiliki kepekaan terhadap irama. Contoh
kecerdasan ini adalah bermain alat musik, bernyanyi, mencipta lagu, dan
lain-lain.[27] Menurut
Gardner, kecerdasan musik merupakan bentuk bakat manusia yang paling awal
muncul. Gardner menyatakan bahwa keahlian di bidang musik bergantung pada
bertambahnya pengalaman hidup sehingga mungkin saja seorang anak berusia 3
tahun mampu mengenali nada-nada lagu yang didengarnya.[28] Tipe
kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi, dan composer.[29]
a.
Figur terkenal
Michael
Jordan, Muhammad Ali, David Copperfield, Joddie Foster, Sharon Stone, Tom Hanks,
Matt Biond, dsb.
b.
Ciri yang menonjol
Memiliki
daya kontrol tubuh yang luar biasa, respons yang terlatih, suka menggunakan
manipulasi, bermain-main dengan objek, berpikir mekanis, mahir dalam kerajinan
tangan, belajar efektif dengan bergerak, suka bermain, belajar dengan
melibatkan diri dalam proses belajar, gampang mengingat apa yang dilakukan
bukan yang dilihat atau didengar, refleks yang sempurna.
c.
Cara mudah dalam belajar
Gunakan
latihan fisik yang menggunakan Anda sebagai objek, dramatisasi dalam proses
belajar, gunakan model, mesin, Lego, kerajinan tangan, Origami, gunakan
permainan kelas dan perjalanan lapangan (field trip), gunakan gerak
untuk belajar, gunakan tarian untuk belajar.[30]
6.
Kecerdasan
empati (Interpersonal Intelligence) yaitu kemampuan untuk mengamati dan
merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.[31]
“Bekerja sama untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin” merupakan kalimat
yang menunjukkan prinsip kerja kecerdasan interpersonal. Ciri khas seseorang
yang punya kecerdasan ini: dia merasa nyaman saat interaksi dengan perbedaan
yang timbul, dipahami sebagai kesempurnaan interaksi. Murid dengan kemampuan
ini punya kemampuan memengaruhi teman sebaya, kadang mereka lebih menonjol
dalam kelompoknya. Biasanya, mereka juga mampu menjalin interaksi dengan orang
yang lebih tua atau yang lebih muda. Poin penting dari kecerdasan interpersonal
lebih mengutamakan kolaborasi dan kerja sama.[32]
a.
Tokoh
Akbar
Tanjung (politikus), Dr. Jose Rizal (relawan MER-C/pekerjaan sosial), Jusuf
Kalla (negosiator dan wakil Presiden RI), Herdin Nurdin (manajer marketing
produk GLC Indonesia), Aprilianto Winahyo (agen penjualan), Muhammad Warsita
Waris (pelobi/guru).[33]
b.
Ciri yang menonjol
Kemampuan
negosiasi yang tinggi, mahir dalam berhubungan dengan orang lain, mampu membaca
perasaan dan keinginan orang lain, menikmati kegiatan bersama, suka bekerja
sama, memiliki jaringan persahabatanyang banyak, menikmati berada di
tengah-tengah orang lain, membaca situasi sosial dengan baik.
c.
Cara mudah
dalam belajar
Lakukan
aktivitas belajar bersama, beri banyak waktu rehat untuk bersosialisasi,
gunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi, adakan pesta perayaan belajar,
bekerja dalam tim, belajar lewat layanan, ajari orang lain, gunakan sebab
akibat, lakukan pembicaraan pasangan di telepon, jadikan proses belajar yang
mengasyikkan.[34]
Kecerdasan interpersonal berkaitan erat
dengan orang. Secara langsung atau tidak, para guru yang mengelompokkan
siswa-siswanya dalam kegiatan belajar mengajar telah mendorong untuk
memunculkan kecerdasan interpersonal para siswa mereka. Akhirnya, banyak guru
yang merasa tidak maksimal dalam mengajar, jika tidak mengelompokkan
siswa-siswanya, baik berpasangan atau lebih dari dua orang per kelompok.[35]
7.
Kecerdasan
Paham Diri (Intrapersonal Intelligence)
Kemampuan untuk menganalisis atau memahami diri sendiri dan
bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Termasuk di dalamnya mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri, suasana hati, dan keinginan diri.[36] Linda
Campbell menyebutkan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan hakikat untuk
memahami diri kita sendiri yang kemudian berdampak pada pemahaman pada orang
lain, yang di antaranya mencakup:
a.
kelebihan
dan kekurangan diri kita.
b.
Needs
for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) yang
timbul dari refleksi diri, motivasi, etika/moral kepribadian, empati, dan
altruism.
c.
Sifat
mementingkan orang lain yang ditimbulkan oleh kesadaran diri.
Tanpa
sumber-sumber batin, sulit untuk membangkitkan kehidupan yang produktif dan
membahagiakan. Pada intinya, kecerdasan intrapersonal memberikan wawasan agar
kita menjadi diri sendiri, bukan membuat kamuflase diri sendiri untuk menjadi
orang lain. Di antara banyak kasus, banyak orang merekayasa penampilan luar
mereka untuk menjadi bukan dirinya sendiri. Pada dasarnya, kecerdasan intrapersonal
mengajak kita untuk merenungkan tujuan hidup sendiri dan percaya kepada diri
sendiri. Para peneliti bidang genetika sangat yakin bahwa ketika dilahirkan ke
dunia, kecerdasan intrapersonal seseorang telah berkembang dari sebuah
kombinasi genetis. Namun, pengalaman dan lingkunganlah yang akhirnya menentukan
kualitas kecerdasan intra personal. Kecerdasan intrapersonal bisa dibangun oleh
interaksi hubungan social dan lingkungannya sehingga memperkaya pengalaman
pribadi seseorang. Dengan demikian, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal
saling bergantung.[37]
Contoh kecerdasan
ini: kepercayaan diri. Contoh profesi yang tepat: psikolog, trainer, dan
filsuf.[38]
a.
Tokoh
Mario
Teguh, Ari Ginanjar Agustian (motivator), K.H. Abdullah Gymnastiar, Ust.
Muhammad Arifin Ilham, Franz Magnis Suseno, J.B. Mangunwidjaya (pemimpin
agama), Prof. Dr. H. Dadang Hawari (psikiater), SarlitoWirawan (psikolog).[39]
b.
Ciri yang menonjol
Sadar
diri, sensitif terhadap nilai diri, tujuan hidup, perasaan diri, memiliki
kemampuan pengendalian diri yang baik, motivasi diri yang baik, suka
menyendiri, ingin tampil beda dari kebanyakan orang, suka keheningan, sadar
akan kekuatan dan kelemahan diri.
c.
Cara mudah dalam belajar
Lakukan
pembicaraan dari hati ke hati, lakukan pengembangan diri untuk mendobrak
rintangan belajar, belajar di tempat kesunyian dan keheningan, beri waktu untuk
refleksi diri, meditasi atau yoga, lakukan studi mandiri, buat catatan harian,
ajarkan bertanya, ajarkan penguatan diri, diskusikan dan refleksikan apa yang
Anda alami dan rasakan, beri kebebasan berbeda dikelompoknya, lakukan aktivitas
tanya jawab.[40]
8.
Kecerdasan
alam (naturalist Intelligence) yaitu kemampuan mengobservasi
pola-pola alam dan memahami sistem alamiah atau sistem buatan manusia.
Pekerjaan: Petani, ahli botani, ahli ekologi, ahli taman,[41]
dokter hewan, jagawana (polisi kehutanan), aktivis lingkungan dan hewan,
holtikulturis serta peneliti.
a.
Tokoh
Edwin Norman dan
Didik Syamsu (pendaki gunung/keduanya sudah meninggal saat menaklukkan puncak
tertinggi di Amerika Selatan), Uli Sigar Rusady (anggota LSM
lingkungan/pencinta alam), Erma Widyasti (mikrobiologis/penyayang hewan),
Suratman (pembuat biopori/florist), Prof. Dr. Soleh Kosela dan Dr. Herry
Cahyana (peneliti kandungan kimia bahan alam) dan almarhum Mbah Marijan (juru
kunci gunung Merapi).[42]
b.
Ciri yang
menonjol
Suka spontanitas,
suka suasana yang rileks dan santai, senang mencoba segala sesuatu, pengambil
resiko, berpikir spekulatif, suka berpetualang mencari sesuatu yang baru dan
dapat menguntungkan banyak orang, dsb.
c.
Cara mudah
belajar
Belajar di luar kelas
atau di alam/lapangan, belajar sambil bepergian ke suatu tempat, belajar
praktis dan menantang.[43]
Jadi dari
macam-macam tipe yang dikemukakan diatas, menyatakan bahwa setiap anak
mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga kita tidak bisa menganggap
bahwa anak yang lemah dalam bidang akademiknya merupakan anak yang tidak cerdas
karena mungkin saja ia memiliki kecerdasan dalam bidang yang lainya, yang
menjadikan ia ahli terhadap apa yang ia miliki.
Menurut
Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam
tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses
informasi dengan cara yang berbeda-beda. Orang mampu belajar dengan baik ketika
mereka dapat mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas ini.
Penerapan
teori Gardner tentang kecerdasan ganda dalam pendidikan anak adalah
memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang dimana mereka
memiliki keingintahuan dan bakat alami. Menurut Garner, seandainya para guru
memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra
mereka, hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangatlah ahli dalam
suatu hal tertentu.
Bahkan
seorang siswa yang tidak memahami satu bidang ilmupun akan menemukan bahwa
dirinya memiliki kekuatan-kekuatan yang setara dengan orang lain. Seperti di
Key School di Indianapolis, setiap siswa dipaparkan pada materi-materi yang
didesain untuk menstimulasi keahlian bahasa, matematika dan permainan fisik.
Terlebih lagi, mereka didorong untuk memahami diri sendiri dan orang lain.[44]
D. Aspek yang Mempengaruhi Kecerdasan
Kecerdasan
merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap insan. Anugrah ini
mampu menggerakkan seluruh sendi kehidupan di dunia dan keberhasilan yang
dirasakan selama ini. Istilah kecerdasan sering dikaitkan dengan kemampuan
seseorang untuk bertindak, bekerja, menghitung matematis, mengukur, membaca
cepat, berbahasa asing dengan lancar, memecahkan masalah, bekerjasama, sabar,
pintar, IQ diatas rata-rata, pengambilan keputusan dan mengerjakan banyak hal
sekaligus. Dari semua pengertian yang ada, para ahli sepakat bahwa yang
dimaksud dengan kecerdasan paling tidak mengandung dua aspek pokok yaitu:
kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan
melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman, dan nilai-nilai
budaya yang berkembang.
Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang bersifat dinamis, tumbuh dan
berkembang. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan, yaitu:
- Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang
belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman
hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh
pengasuhan yang baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses
dibanding anak yang kurang rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal ini berjalan
secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
- Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan
banyak membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan seseorang.
Lingkungannya yang memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan
serta dukungan akan membuat otot mental dan kecerdasan. Penelitian pada tikus
menunjukkan bahwa lingkaran yang kaya akan stimulus mendorong pertumbuhan
koneksi sel otak. Hal ini terjadi pula pada proses perkembangan otak manusia.
- Kemauan dan keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri
seseorang membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah.
Kemauan dan keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif
akan timbul dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif,
sebaliknya jika lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran
untuk berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan
potensi intelektualnya.
- Bawaan
Meskipun banyak argumentasi para
ahli tentang besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan
kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak
berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor
keturunan dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa
genetika sedikit banyak berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience
menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh terhadap respon kognitif seperti
kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya seseorang akan berpikir dan bertindak
dengan menggunakan ketiga aspek itu secara simultan.
- Gaya hidup
Gaya hidup erat kaitannya dengan
respon seseorang terhadap budaya dan lingkungan. Pilihan gaya hidup berpengaruh
besar terhadap tingkat perkembangan kognitif, seperti pola makna, jam tidur,
olah raga, obat-obatan, minuman, dan musik. Suatu riset yang dilakukan oleh
University of California membuktikan bahwa IQ dapat ditingkatkan 8-9 poin
dengan mendengarkan musik mozart.
- Aktivitas belajar dan
kegiatan harian
Aktivitas dan kebiasaan manusia
merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna bagi kesuksesan
seseorang. Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu dalam memetakan
pengalaman belajar yang dipadukan dengan penegtahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui
aktivitas dan pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental
dalam praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat paedagogis dengan rangkaian
pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaan dan pengalaman yang
berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas
merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai,
kebiasaan, tindakan, kerjasama, dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola
hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan
upaya menerampilkan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok
masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan
perubahan ke depan.
Pembelajaran
dirancang agar orang tua sebagai fasilitator mampu menentukan gaya belajar dan
mengaktulisasikan potensi anak secara bersamaan serta memberikan dampak kepada
pembentukan kemampuan yang lebih luas.[45]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jadi, dalam
bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence
(MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan
jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan
tingkatan yang berbeda-beda. Adapun tokoh yang mencetuskan teori kecerdasan
jamak yang cukup terkenal adalah gagasan Dr. Howard Gardner yang cemerlang dan
diberi judul The Mind’s New Science:
A History Of The Cognitive Revolution.
Dalam teori
yang diajukan oleh Howard Gardner terdapat macam-macam kecerdasan jamak,
diantaranya:
1) Kecerdasan
linguistik (Verbal Linguistic Intelligence),
2) Kecerdasan
logika-matematis (Logical mathematical Intelligence),
3) Kecerdasan
visual-spasial (Visual spatial Intelligence),
4) Kecerdasan
gerak tubuh (Bodily-kinesthetic Intelligence),
5) Kecerdasan
musical (Musical),
6) Kecerdasan
empati (Interpersonal Intelligence),
7) Kecerdasan
Paham Diri (Intrapersonal Intelligence),
8) kecerdasan
alam (naturalist intelligence).
Selain itu,
adapun aspek-aspek yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu: 1) Pengalaman,
2)
Lingkungan,
3) Kemauan
dan keputusan,
4) Bawaan,
5) Gaya
hidup,
6) Aktivitas
belajar dan kegiatan harian
B. Saran
Setelah kita mengetahui tentang keceradasan jamak, maka penulis memberikan
saran kepada orang tua untuk memperhatikan kecerdasan jamak yang dimiliki
anaknya dengan cara:
- Memandang anak sebagai
individu yang terlahir cerdas.
- Mengidentifikasi
kecerdasan anak sesuai dengan kegiatan yang biasanya dilakukan
sehari-hari.
- Memfasilitasi anak dengan
kecerdasan yang dimiliki.
- Jangan pernah menghalangi
atau mematikan kecerdasan jamak anak dengan berbagai larangan dan mitos.
- Arahkan anak anda
agar dapat mengembangkan kecerdasan jamak yang ia miliki dengan berbagai
media.
- Berikan motivasi
agar anak dapat mengembagkan kecerdasan jamak yang dimilikinya.
Adapun saran kepada guru untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan, diantaranya :
1.
Mengaktifkan seluruh indera anak
didik
Ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk mengaktifkan seluruh indera anak didik, yaitu sebagai berikut.
a. Melatih cara mendengar yang efektif.
b.
Melatih mata untuk membaca cepat dan
efektif.
c.
Melatih keterampilan menulis atau
membuat catatan yang cepat dan tepat.
2. Melatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang
Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut.
a.
Mengidentisifikasi intelegensi anak
didik.
b.
Menyusun rencana pelajaran yang
dapat mengembangkan beberapa kecerdasan.
3. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda
Melatih silang kecerdasan dapat
dilakukan dengan membangun stasiun-stasiun kecerdasan untuk setiap jenis
kecerdasan yang berbeda. Yang dimaksud stasiun disini adalah semacam display
dengan memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik
ke segala arah.
4. Gunakan berbagai strategi dan metode untuk
mengembangkan kecerdasan jamak siswa
Adapun
saran bagi sekolah adalah agar sekolah memberikan pelayanan keanekaragaman
kecerdasan siswa yang memadai dalam hal sarana dan prasarana demi tercapainya
proses belajar mengajar yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan
Karakter. Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung.Yrama Widya. cet
ke-1.
Azwar, Saifuddin. 2014. Pengantar
Psikologi Inteligensi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. cet. ke-4.
Chatib, Munif, dkk. 2012. Sekolah
Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak Dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung.
Kaifa. cet. ke-1.
Davis, Gary A. 2012. Anak
Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan. Jakarta.Indeks.
Feldman, Robert S. 2012. Pengantar
Psikologi: Understanding Psychology. Jakarta. Salemba Humanika.
Hastuti. 2012. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta. Tugu Publisher. cet. ke-1.
Hidayah, Rifa. 2009. Psikologi
Pengasuhan Anak. Malang. UIN Malang Press. cet. ke-1.
King, Laura A. 2010. Psikologi
Umum. Jakarta. Salemba Humanika.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2010.
Taksonomi Berpikir. Bandung. Remaja Rosdakarya. cet. ke-1.
Martin, M. Andrea, dkk.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya. Karina.
Purwanto, Ngalim. 2013. Psikologi
Pendidikan. Jakarta. Remaja Rosdakarya. cet. ke-26.
Ramadhy, Sufyan, dkk. 2010.
Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan? (Metode Baru Untuk Mengoptimalkan Fungsi
Otak Manusia). Bandung. Sarana Panca Karyanusa.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta. Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi
Remaja. Jakarta. Rajawali Press. ed. rev.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi
dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. cet. ke-4.
Winarno. 2012. Psikologi
Perkembangan Anak. Tt. Platinum. cet. ke-1.
Yudhawati, Ratna, dkk. 2011.
Teori-teori Psikologi Pendidikan. Jakarta. Prestasi Pustaka.
[1]Hamzah
B. Uno, Orientasi Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), cet. ke-4, h.60
[2]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013), cet.
ke-26, h.52
[3]Hamzah
B. Uno, Loc. Cit.
[4]Wowo
Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
cet. ke-1, h.71
[5]Saifuddin
Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), cet. k-4, h.41
[6]M.
Andrea Martin dan F.V Bhaskara, Kamus Besar Bahasa Indonesia Millenium, (Surabaya:
Karina, 2002), h.244
[7]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak
Dan Pendidikan Berkeadilan, (Bandung: Kaifa, 2012), cet. ke-1, h.78
[8]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.71
[9]Hastuti,
Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Tugu Publisher, 2012), cet. ke-1,
h.71
[10]Wowo
Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h.70
[11]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Loc.Cit.
[12]Robert
S. Feldman, Pengantar Psikologi: Understanding Psychology, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h.346
[13]Sarlito
W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), ed. Rev,
h.93
[14]Laura
A. King, Psikologi Umum, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.38
[15]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan? (Metode Baru
Untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia), (Bandung: Sarana Panca
Karyanusa, 2010), h.166
[16]Rifa
Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN Malang Press, 2009),
cet. ke-1, h.124
[17]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.85
[18]Zainal Aqib, Pendidikan
Karakter: Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung: Yrama Widya,
2011), cet ke-1, h.58
[19]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.167
[20]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.88
[21]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.167-168
[22]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.89
[23]Gary
A. Davis, Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan, ( Jakarta: Indeks,
2012), h.60
[24]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.90
[25]Musik
yang menunjukkan sebuah tragedi.
[26]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.168
[28]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.93
[29]Rifa
Hidayah, Loc.Cit.
[30]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.169
[31]Ratna
Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-teori Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011), h.234
[32]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Loc. Cit.
[33]Ibid.,
h.94
[34]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.169-170
[35]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.95
[37]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.96
[38]Zainal
Aqib, Op.Cit., h.59-60
[39]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.97
[40]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.170
[41]John
W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.323
[42]Munif
Chatib dan Alamsyah Said, Op.Cit., h.99
[43]Sufyan
Ramadhy dan Dadi Permadi, Op. Cit., h.171
[44]John
W. Santrock. Loc cit.
[45]Winarno,
Psikologi Perkembangan Anak, (tt: Platinum, 2012), cet. ke-1, h.80-85
Golden Gate Casino & Resort - MapYRO
BalasHapusGolden Gate Casino & 서산 출장안마 Resort: 711 Las Vegas 정읍 출장마사지 Boulevard South, Las Vegas, NV 89109. Directions 영주 출장샵 · (702) 770-3100. Call 이천 출장샵 Now · More Info. Hours, Accepts Credit Cards, Attire, Wi-Fi 공주 출장마사지